Friday, October 16, 2009

Pernah ga kalian kenal seseorang yang bisa tidur dengan sangat sangat sering (jagoan tidur)?atau mungkin kalian sendiri seorang "jago tidur"?i've used tobe..hehe

sebelumnya mangap ya coy dah nulisin ni, nyoba nyoba posting ja neh, huehehehe...
pisss..

cerita hari ni neh, temenku yang namanya tidak boleh disebutkan, kayak lord voldemort aja, bisa tidur lebih dari 20 jam!!!!
bayangkan..
bayangkan..
bayangkan..
gila ya?
seingetku semalem dia udah tidur dari jam 5 sore trus kebangun sekitar jam 9 karena diganggu anak anak kos , trus dia melakukan hal hal yang tidak berguna macam maen dota, nonton film di laptop, nonton TV, pipis, boker, makan,dll..hwaaaa....
habis tu sekitar jam 3 pagi tu anak dah keliatan kiyep kiyep lagi matanya, rencana "beliau" si mau tidur dulu karena ntar pagi jam 7 ada kulia,
ternyata eh ternyata..
pas ku dia baru kebangun jam 8!!!
bukan, bukan jam 8 pagi, tapi jam 8 malam!!!
ruarrrr biasa...
dasar babi kecap..
hoho..
jadi keinget diriku di masa lalu..hoho..


Readmore...

Media Literacy

Media Literacy

Apa itu Media Literacy
Secara sederhana, media literacy merupakan kepedulian masyarakat terhadap dampak buruk dari media, khususnya media massa. Perkembangan teknologi komunikasi, khususnya media massa, disamping memberikan manfaat untuk kehidupan manusia ternyata juga memberikan dampak negatif. Beberapa dampak tersebut antara lain:
1. Mengurangi tingkat privasi individu
2. Meningkatkan potensi kriminal
3. Anggota suatu komunitas akan sulit dibatasi mengenai apa yang dilihat dan didengarnya
4. Internet akan mempengaruhi masyarakat madani dan kohesi sosial
5. Akan overload-nya informasi (Fukuyama dan Wagner, 2000).
Tujuan dasar media literasi adalah

Media Literacy

Apa itu Media Literacy
Secara sederhana, media literacy merupakan kepedulian masyarakat terhadap dampak buruk dari media, khususnya media massa. Perkembangan teknologi komunikasi, khususnya media massa, disamping memberikan manfaat untuk kehidupan manusia ternyata juga memberikan dampak negatif. Beberapa dampak tersebut antara lain:
1. Mengurangi tingkat privasi individu
2. Meningkatkan potensi kriminal
3. Anggota suatu komunitas akan sulit dibatasi mengenai apa yang dilihat dan didengarnya
4. Internet akan mempengaruhi masyarakat madani dan kohesi sosial
5. Akan overload-nya informasi (Fukuyama dan Wagner, 2000).
Tujuan dasar media literasi adalah mengajarkan khalayak dan pengguna media untuk menganalisis pesan yang disampaikan oleh media massa, mempertimbangkan tujuan komersil dan politik di balik suatu citra atau pesan media, dan meneliti siapa yang bertanggungjawab atas pesan atau ide yang diimplikasikan oleh pesan atau citra tersebut.

Berdasarkan hasil Konferensi Tingkat Tinggi mengenai Penanggulangan Dampak Negatif Media Massa, yaitu 21 Century Literacy Summit yang diselenggarakan di Jerman pada 7-8 Maret 2002, diperoleh gambaran kesepakatan yang disebut 21 Century in A Convergen Media Word. Kesepakatan tersebut, seperti disampaikan Bertelsmann dan AOL Time Warner (2002), menyatakan bahwa media literasi mencakup:
1. Literasi teknologi, yaitu kemampuan pemanfaatan media baru seperti Internet agar bisa memiliki akses dan mengkomunikasikan informasi secara efektif.
2. Literasi informasi; kemampuan mengumpulkan, mengorganisasikan, menyaring, mengevaluasi dan membentuk opini berdasarkan hal-hal tadi.
3. Kreatifitas media; kemampuan yang terus meningkat pada individu dimanapun berada untuk membuat dan mendistribusikan konten kepada khalayak berapapun ukuran khalayak.
4. Tanggung jawab dan kompetensi sosial; kompetensi untuk memperhitungkan konsekuensi-konsekuensi publikasi secara On-line dan bertanggung jawab atas publikasi tersebut, khususnya pada anak-anak.

Menurut David Buchingham, agar media literasi dapat berjalan dengan optimal maka diperlukan adanya pendidikan media untuk literasi media yang mencakup beberapa hal yaitu :
1. Pendidikan media berkenaan dengan pendidikan tentang berbagai (full range) media. Tujuannya untuk mengembangkan “literasi” berbasis luas, yang tak hanya berkenaan dengan media cetak, tapi juga sistem simbolik citra dan suara.
2. Pendidikan media berkenaan dengan pembelajaran tentang media, bukan pengajaran melalui media.
3. Pendidikan media bertujuan untuk mengembangkan baik pemahaman kritis maupun partisipasi aktif, sehingga memampukan anak muda sebagai konsumen media membuat tafsiran dan penilaian berdasarkan informasi yang diperolehnya; selain itu memampukah anak muda untuk menjadi produser media dengan caranya sendiri sehingga menjadi partisipan yang berdaya di masyarakatnya. Pendidikan media adalah soal pengembangan kemampuan kritis dan kreatif anak muda.

Lebih jauh ada beberapa pengertian yang lebih spesifik tentang media literasi yang dapat dirujuk untuk memahami konsep ini. Pengertian tersebut antara lain :
1. Media Literacy di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Melek Media. James Potter dalam bukunya yang berjudul “Media Literacy” (Potter, 2001) mengatakan bahwa media Literacy adalah sebuah perspekif yang digunakan secara aktif ketika, individu mengakses media dengan tujuan untuk memaknai pesan yang disampaikan oleh media.
2. Jane Tallim menyatakan bahwa media literacy adalah kemampuan untuk menganalisis pesan media yang menerpanya, baik yang bersifat informatif maupun yang menghibur.
3. Allan Rubin menawarkan tiga definisi mengenai media literacy. Yang pertama dari National Leadership Conference on Media Literacy (Baran and Davis, 2003) yaitu kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan. Yang kedua dari ahli media, Paul Messaris, yaitu pengetahuan tentang bagaimana fungsi media dalam masyarakat. Yang ketiga dari peneliti komunikasi massa, Justin Lewis dan Shut Jally, yaitu pemahaman akan batasan-batasan budaya, ekonomi, politik dan teknologi terhadap kreasi, produksi dan transmisi pesan. Rubin juga menambahkan bahwa definisi-definisi tersebut menekankan pada pengetahuan spesifik, kesadaran dan rasionalitas, yaitu proses kognitif terhadap informasi. Fokus utamanya adalah evaluasi kritis terhadap pesan.

Media literasi merupakan sebuah pemahaman akan sumber-sumber dan teknologi komunikasi, kode-kode yang digunakan, pesan-pesan yang dihasilkan serta seleksi, interpretasi dan dampak dari pesan-pesan tersebut.
4. Terdapat dua pandangan mengenai media literacy yaitu dari Art Silverblatt dan James Potter (Potter, 2001). Silverblatt menyatakan bahwa media literacy memiliki lima elemen yaitu :
a. Sebuah kesadaran akan dampak media terhadap individu dan masyarakat.
b. Sebuah pemahaman akan proses komunikasi massa.
c. Pengembangan strategi-strategi yang digunakan untuk menganalisis dan membahas pesan-pesan media.
d. Sebuah kesadaran akan isi media sebagai ‘teks’ yang memberikan wawasan dan pengetahuan ke dalam budaya kontemporer manusia dan diri manusia sendiri.
e. Peningkatan kesenangan, pemahaman dan apresiasi terhadap isi media.

5. Di sisi lain, Potter (Baran and Davis, 2003) memberikan pendekatan yang agak berbeda dalam menjelaskan ide-ide mendasar dari media literacy, yaitu:
a. Sebuah rangkaian kesatuan, yang bukan merupakan kondisi kategorikal.
b. Media literacy perlu dikembangkan dengan melihat tingkat kedewasaan seseorang.
c. Media literacy bersifat multidimensi, yaitu domain kognitif yang mengacu pada proses mental dan proses berpikir, domain emosi yaitu dimensi perasaan, domain estetis yang mengacu pada kemampuan untuk menikmati, memahami dan mengapresiasi isi media dari sudut pandang artistik, dan domain moral yang mengacu pada kemampuan untuk menangkap nilai-nilai yang mendasari sebuah pesan.
d. Tujuan dari media literacy adalah untuk memberi kita kontrol yang lebih untuk menginterpretasi pesan.


Media literacy di dunia

Di banyak negara maju, pendidikan melek media sudah menjadi agenda yang penting dengan memasukkannya ke dalam satuan kurikulum pendidikan. Inggris, Jerman, Kanada, Perancis, dan Australia merupakan contoh negara yang telah melaksanakan pendidikan melek media di sekolah. Permulaan abad 21 menandakan perkembangan minat terhadap pendidikan media di beberapa negara. Melek media ini dibangun sebagai alat pendidikan untuk melindungi orang-orang dari dampak negatif media. Di tahun 1930, Inggris merupakan negara pertama yang memunculkan isu mengenai melek media. Sedangkan pada tahun 1960, Kanada memulai pendidikan melek medianya.

Kanada merupakan negara yang terutama mewajibkan melek media di kawasan Amerika Utara. Setiap provinsi di negara tersebut telah ditugaskan untuk melaksanakan pendidikan media dalam kurikulum. Peluncuran pendidikan melek dilakukan karena rentannya masyarakat Kanada terhadap budaya pop Amerika. Konsep melek media menjadi topik pendidikan yang pertama kali muncul di Kanada pada tahun 1978. Pada saat itu berdirilah Association for Media Literacy (AML), sebagai lembaga yang mengurusi segala hal yang berkaitan dengan pendidikan melek media di negara tersebut.

Kemudian Amerika Serikat, yang merupakan negara tetangga Kanada, juga akhirnya menyadari pentingnya terdapat pendidikan melek media di negaranya. Apalagi dampak negatif yang timbul akibat media (terutama televisi) sudah sangat dirasakan oleh masyarakat Amerika sendiri. Frank Baker, salah satu konsultan pendidikan media di Amerika Serikat, melihat beberapa materi yang telah dikembangkan oleh Kanada, Inggris dan Australia sebagai poin awal yang sangat baik, terutama dalam hal dukungan serta kurikulumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai suatu
pengalaman untuk mengembangkan pendidikan melek media di Amerika Serikat.

Media literacy di Indonesia

Media massa, terutama televisi, merupakan sarana yang sangat efektif untuk mentransfer nilai dan pesan yang dapat memengaruhi khalayak secara luas. Bahkan, televisi dapat membuat orang kecanduan. Kini, media audio visual ini telah menjadi narkotika sosial yang paling efisien dan paling bisa diterima. Interaksi masyarakat, terutama anak-anak, terhadap televisi, sangat tinggi. Idealnya seorang anak hanya menonton tayangan televisi paling banyak dua jam sehari. Namun di Indonesia, setiap anak dapat menonton televisi selama 3,5 – 5 jam sehari. Anak-anak tidak hanya menonton tayangan yang memang ditujukan bagi mereka, tetapi juga tayangan yang belum pantas untuk mereka tonton. Kondisi ini terjadi tanpa pengawasan yang ketat dari orang tua.
Data pola menonton televisi pada anak-anak menunjukkan bahwa jumlah jam menonton anak-anak melampaui batas jam menonton ideal. Angka 35 jam per minggu, berarti sama dengan 1820 jam per tahun, padahal jam belajar anak sekolah dasar menurut United Nations Education and Culture Organization (UNESCO) tidak melebihi 1000 jam per tahun. Jika melihat perbandingan jumlah jam menonton televisi dengan jumlah jam belajar di sekolah, maka dikuatirkan proses pembentukan pola pikir, karakter, dan perilaku anak justru terbentuk melalui tayangan televisi.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kekuatan televisi dalam memengaruhi anak-anak sangat besar.

Di samping jumlah jam belajar yang lebih sedikit ketimbang jam menonton, lemahnya pengawasan orang tua terhadap tontonan anak, membuat anak-anak mereka tidak mempunyai filter terhadap tayangan yang tidak mendidik. Dari 1000 jam belajar per tahun di sekolah dasar, pendidikan tentang media hanya dibahas sangat sedikit dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini sungguh memprihatinkan mengingat interaksi anak-anak dengan televisi jauh lebih tinggi dibanding interaksinya dengan buku-buku pelajaran. Kondisi seperti ini menuntut anak untuk memiliki self sensor awareness terhadap media televisi. Semakin cepat media ini berkembang, maka daya tanggap anak terhadap dampaknya juga harus dibangun.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara”. Dari rumusan tersebut, cukup jelas bahwa pendidikan melek media sangat sesuai dengan tujuan sistem pendidikan nasional di Indonesia.

Saat ini pendidikan melek media yang ada di Indonesia, masih sebatas gerakan-gerakan yang belum terstruktur. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan melalui seminar, road show, dan kampanye-kampanye mengenai melek media. Contohnya seperti yang dilakukan oleh Yayasan Jurnal Perempuan pada tahun 2005, Komunitas Mata Air tahun 2004, Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2005, Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi tahun 2006, dan beberapa organisasi pemerhati media lainnya. Namun, gerakan-gerakan ini baru bisa dilakukan dalam skala kecil. Pendidikan melek media tidak cukup bila disampaikan hanya dalam seminar berdurasi dua jam, atau dalam kampanye dan roadshow selama seminggu. Akibatnya, upaya-upaya memperjuangkan pendidikan melek media belum dapat dirasakan oleh semua pihak secara luas.


Readmore...

Thursday, October 15, 2009

Hipnokom

Hipnokom

Hipnosis ; suatu fenomena dalam seni berkomunikasi.
Saat ini masyarakat Indonesia mulai banyak mengenal hipnosis, baik dari pertujukan di televisi maupun dari pemberitaan berbagai media massa. siapa yang tidak kenal dengan nama seperti Romy Rafael? master hipnosis di Indonesia yang telah malang melintang di media televisi. seiring dengan semakin gencarnya publikasi, masyarakat juga dihadapkan pada berbagai informasi yang tidak tepat atau bahkan salah mengenai hipnosis. Akhir akhir ini banyak diberitakan tentang berbagai modus “penipuan” dimasyarakat, yang menggunakan teknik teknik hipnosis. Beberapa pandangan yang salah tentang hipnosis yang beredar di masyarakat antara lain, hipnosis adalah praktek supranatural atau klenik, hipnosis sama dengan gendam atau kejahatan, hipnosis adalah penguasaan pikiran, hipnosis adalah ilmu sesat yang menggunakan kekuatan mahkluk halus, atau hipnosis sama dengan tidur,hipnosis adalah ilmu untuk kejahatan dan lain lain.
Apakah hipnosis seperti itu? tentu saja tidak. pandangan umum yang salah seperti di atas tentunya akan sangat merugikan masyarakat itu sendiri. masyarakat yang tidak mengerti arti hipnosis yang sebenarnya akan menutup diri dan menolak mengetahui atau mempelajari hipnosis, yang pada akhirnya tidak akan mendapatkan manfaat yang sesungguhnya sangat besar dari praktik hipnosis. Hipnosis adalah suatu



Hipnosis adalah suatu cabang ilmu gabungan antara psikologi, khususnya psikoanalisa, seni komunikasi antar pribadi, serta logika tentang kinerja otak. perkembangan ilmu hipnosis sangat berkembang di luar negeri, khususnya Amerika, hipnosis bahkan telah di ajarkan secara resmi di berbagai lembaga pendidikan terkemuka.
Kata hipnosis dalam bahasa inggris adalah hypnosis atau hypnotism (hipnotisme). kata hipnosis menurut kamus Encarta memiliki makna:
1. Suatu kondisi yang menyerupai “tidur” yang dapat secara sengaja dilakukan kepada seseorang, dimana mereka akan memberikan respons pada pertanyaan yang diajukan, sangat terbuka dan reseptif terhadap sugesti yang diberikan oleh hipnotis.
2. Teknik atau praktik dalam mepengaruhi orang lain untuk masuk kedalam kondisi hipnosis dengan menggunakan seni berkomunikasi yang relevan.
selain itu, juga terdapat beberapa definisi dari para ahli tentang kata hipnosis. beberapa definisi tersebut antara lain:
1. hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat, sehingga tingkat sugestibilitas atau pemahaman makna pada pesan meningkat sangat tinggi. (Robert Bandler;1975)
2. hipnosis adalah sebuah seni komunikasi untik mempengaruhi seseorang sehingga tingkat kesadarannya yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak.(C. Maxwell Cade;1987)
3. hipnosis adalah seni eksplorasi alam bawah sadar.
4. hipnosis adalah kondisi dimana kesadaran seseorang meningkat.
5. hipnosis adalah suatu kondisi pikiran yang dihasilkan oleh teknik komunikasi yang sugestif.

Jadi, secara garis besar hipnosis dapat diartikan sebagai suatu teknik komunikasi baik dengaan bahasa verbal maupun nonverbal yang bersifat sugestif dan memiliki isi pesan yang repetitif (diulang ulang kalimatnya) sehingga pesan yang disampaikan dapat menembus pemikiran sadar subjek, lalu dapat menonaktifkannya, dan mengaktifkan pikiran alam bawah sadar subjek untuk dapat memasukkan pesan yang sifatnya positif, imajinatif dan membangun.
Istilah istilah yang sering digunakan dalam hypnosis:
 hipnotis berarti orang atau pelaku hipnosis. sama seperti piano. piano adalah alat musik. sedangkan orang yang pintar dan ahli dalam memainkan piano disebut pianis.
 Subjek hypnosis atau sering hanya disebut subjek adalah orang yang digunakan dalam eksperimen hypnosis.
 Partisipan adalah orang banya (penonton seminar, lokakarya, dll) yang menjadi bahan eksperimental hypnosis.
 Induksi adalah suatu teknik atau mekanisme komunikasi yang digunakan untuk membawa subjek masuk kedalam kondisi hypnosis.
 Trance adalah kondisi dimana subjek telah berhasil di induksi dan masuk kedalam tahap hypnosis (sugestif).
Berdasarkan data dari Stanford Hypnotic Susceptibility Scale (SHSS), manusia mempunyai dua macam pikiran, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Peran dan pengaruh pikiran sadar terhadap diri kita adalah sebesar 12%, sedangkan pikiran bawah sadar mencapai 88%. Hal ini sesuai dengan teori dari seorang ahli psikoanalisa ternama, Sigmund freud, ia mengatakan bahwa alam pikiran manusia itu seperti sebuah gunung es. Dimana alam pikiran sadar manusia berada pada bagian puncak gunung es yang tampak dipermukaan, sedangkan bagian dasar dari gunung tersebut, yang jumlah bagiannya lebih besar dianalogikan seperti alam pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar manusia merupakan bagian yang jarang terekspos, padahal pikiran bawah sadar manusia sangat memiliki peranan yang penting dalam keefektifan proses penyampaian pesan atau pembentukan diri manusia. Menurut para ahli psikologi dan ilmu neurologi pikiran, baik pikiran sadar maupun pikiran bawah sadar memiliki karakteristik masing masing.

Pikiran sadar memiliki empat fungsi spesifik, yaitu :
1. mengidentifikasi informasi atau pesan yang masuk
Informasi atau pesan baik yang bersifat verbal maupun non verbal ini diterima melalui panca indra –penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, serta sentuhan atau perasa-.
2. membandingkan
Informasi atau pesan yang masuk dibandingkan dengan database (referensi, pengalaman, dan segala informasi) yang berada di pikiran bawah sadar agar terjadi kesamaan meaning antara komunikator dan komunikan.
3. menganalisis.
4. memutuskan.

Pikiran bawah sadar memiliki fungsi atau menyimpan hal hal berikut:
1. kebiasaan (baik, buruk dan refleks)
Kebiasaan baik bersifat positif dan produktif. Kebiasaan buruk bersifat negatif dan destruktif. Misalnya seperti merokok, emosional, dan lain lain. Sedangkan kebiasaan reflex antara lain seperti kegiatan otomatis seseorang ketika ia menutup pintu setelah membukanya atau kebiasaan menutup mulut saat batuk.
2. Emosi.
Yaitu bagaimana perasaan kita mengenai suatu keadaan, hal hal tertentu dan terhadap orang lain.
3. memori jangka panjang
Memori jangka panjang adalah tempat penyimpanan memori yang bersifat jangka panjang. Ada memori yang tidak dapat diingat dala kondisi sadar namun dapat dimunculkan kembali dengan bantuan hipnosis.
4. kepribadian.
Kepribadian adalah karakteristik individual kita dalam berhubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan yang kita jumpai sehari hari.


5. intuisi.
Intuisi adalah perasaan mengetahui sesuatu secara instingsif.
6. kreatifitas.
Kreatifitas adalah kemampuan kita untuk mewujudkan visi, pemikiran, dan impian menjadi kenyataan.
7. persepsi.
Persepsi adalah penyeleksian, interpretasi, analisis dan integrasi secara aktif dari beberapa stimulus yang ditangkap oleh indera kita. Persepsi berhungan dengan bagaimana cara kita melihat dunia menurut “kacamata” kita.
8. belief dan value.
Belief atau kepercayaan adalah segala sesuatu yang kita yakini sebagai sesuatu yang benar. Sedangkan value atau nilai adalah segala sesuatu yang kita pandang sebagai hal penting.

Environmental hipnosis
Adi W. Gunawan dalam bukunya yang berjudul Hypnotherapy; the art of subconscious Restructing menuliskan bahwa yang dimaksud dengan environmental hipnosis adalah kondisi dimana kita dihipnosis oleh lingkungan kita. Setiap saat kita berinteraksi dengan lingkungan. Sejak kita masih kecil hingga saat ini, kita selalu dipengaruhi oleh berbagai stimulus yang berupa pesan dari lingkungan kita. Cepat atau lambat kta pasti akan terpengaruh oleh lingkungan kita.
Kita dapat menganalogikan environmental hipnosis sebagai proses pemrograman pikiran. Saat kita masih kecil, kita diprogram oleh lingkungan terutama oleh orang tua kita. Kepercayaan, kebiasaan, apa yang dipandang baik atau buruk, nilai hidup dan berbagai hal lainnya masuk kedalam pikiran bawah sadar kita. Tanpa kita pernah menyadarinya bahwa semua itu sebenarnya adalah hipnosis. Contohnya, ada orang tua yang menanamkan dalam pikiran anak mereka bahwa mencari uang itu sangat susah, menjadi kaya itu sangat sulit, hidup adalah penderitaan, atau nasib sudah ditentukan oleh yang diatas dan sebagainya. Sebaliknya ada pula orang tua yang menanamkan kepercayaan bahwa hidup adalah anugrah yang harus dimanfaatkan sebaik baiknya. atau semua manusia dasarnya adalah mahkluk yang baik dan lain lain.
Yang lebih ekstrem lagi adalah program negatif yang “di install” orang tua kedalam pikiran anak mereka. Program negatif itu antara lain, “kamu memang anak goblok”, “ngga usah macam macam, memang dari dulu kamu ngga bisa bekerja dengan baik”, “percuma kamu berusaha keras, toh nantinya kamu juga bakal berhenti ditengah jalan”, “kalau pendidikan tidak tinggi tidak mungkin bisa sukses”, “jangan bermimpi yang muluk muluk, nanti kalau ngga kesampaian malah jadi frustasi”, dan masih banyak contoh yang lainnya.
Ada sebuah contoh kasus yang sangat relevan di Indonesia. Umumnya masyarakat Indonesia percaya dengan hal hal yang berbau klenik, hal hal yang berhubungan dengan setan, hantu dan lain lain. Hal ini umumnya kita pelajari dan kita simpan di memori bawah sadar kita atas dasar informasi atau pesan yang disampaikan orang orang dilingkungan kita waktu masih kecil hingga sekarang. Dari kecil kita sering ditakut takuti seperti dengan hal hal yang berbau klenik tersebut. Banyak cerita cerita, yang sebenarnya kita sendiri juga tidak mengetahui secara pasti kejadiannya, tentang hantu atau setan yang mengganggu manusia. Sampai kita dewasa kita meyakini bahwa hantu atau seta itu ada, jahat, mengganggu manusia, menyeramkan dan lain lain. Padahal kita umumnya sama sekali belum pernah secara langsung tau dan berhubungan dengan mahkluk mahkluk gaib tersebut. Pikiran sadar kita tau dan menganalisis fakta bahwa setan dan semacamnya itu tidak ada karena kita tidak pernah “melihatnya”, namun alam pikiran bawah sadar kita yang telah “terkontaminasi” bahwa setan dan lain lain itu ada, menyeramkan dan lain lain, maka kita secara pribadi tanpa disertai akal sehat atau pikiran sadar meyakini bahwa setan atau hal gaib itu ada dan bersifat sedemikian rupa. Ini berarti bahwa pikiran sadar dapat saling bebenturan atau tidak sepaham. Namun karena sifat pikiran bawah sadar lebih kuat dalam mempengaruhi perepsi dan penilaian seseorang terhadap suatu realita maka kita secara jelas “memenangkan” alam bawah sadar dibanding dengan menggunakan alam sadar kita.
Ada contoh lain yang juga sangat relevan. Coba kita sebutkan hal hal apa saja yang berhubungan dengan motor, pasta gigi, pompa air, air mineral, penjajah, dan ustadz. Secara umum secara berurutan kita akan menjawab Honda untuk motor, pepsodent untuk pasta gigi, sanyo untuk pompa air, aqua untuk ar mineral, belanda untuk penjajah, dan baik serta alim untuk ustadz. Namun faktanya apakah jawaban kita itu bersifat logis dan kita pikirkan “secara sadar”? kita umumnya mengaktifkan saraf bawah sadar kita ketika kita menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut. Karena memang hal hal yang telah disebutkan diatas kita anggap, secara tidak sadar, merupakan hal hal yang paling berhubungan. Mengapa kita menjawab Honda untuk sepeda motor?sanyo untuk pompa air?pepsodent untuk pasta gigi? Dan aqua untuk air mineral? Padahal masih ada alternatif lainnya. Misalkan kendaraan roda dua, Yamaha, dan lain lain. Selain itu mengapa kita menjawab belanda untuk penjajah, dan baik serta alim untuk ustadz. Apakah belanda itu penjajah mutlak?mangapa kita tidak menjawab kejam, sengsara, jepang, dan lain lain untuk pertanyaan tentang penjajah. Mengapa juga kita menjawab baik serta alim untuk ustadz? Apakah benar semua ustadz memiliki sikap sikap seperti itu?.
Hal ini dikarenakan lingkungan kita yang terus memberikan informasi dan pesan yang berhungan dengan hal hal diatas. Lalu secara tidak sadar kita menyerapnya dan menyimpannya di pikiran bawah sadar. Kita telah di hipnosis oleh lingkungan baik media massa maupun lingkungan masyarakat sosial untuk dapat menyerap dan menyimpan informasi tersebut di pikiran bawah sadar kita.
Proses penyampain pesan atau informasi pada hipnosis.










Skema aliran masuknya informasi pada manusia

Gambar diatas menjelaskan bagaimana proses pemrograman pikiran terjadi. Sejak lahir, kita telah mulai mendapatkan informasi terutama dari orang tua kita. Apapun yang kita alami selama proses pertumbuhan dan perkembangan kita merupakan proses penyampaian informasi ke alam bawah sadar yang tanpa kita sadari membentuk diri kita hingga saat ini.
Semua pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan keluarga, orang tua, sekolah, guru, Televisi, internet, buku, dan dari banyak sumber lainnya merupakan stimulus penyampai informasi yang berasal dari luar diri kita. Stimulus ini lalu diterima oleh kelima panca indra kita dan masuk ke pikiran sadar kita. Pikiran sadar kemudian memberikan arti atau makna kepada stimulus yang kita terima. Dari pikiran sadar, stimulus ini akan masuk ke pikiran bawah sadar dengan terlebih dahulu melewati suatu pintu gerbang/saringan/filter yang disebut RAS atau Reticular Activating System (Adi W. Gunawan;2005). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seberapa lebar pintu gerbang RAS ini terbuka. Faktor faktor itu antara lain, kondisi gelombang otak, pemikiran dan emosi. Setelah masuk ke pikiran bawah sadar, makna atau meaning yang diberikan oleh pikiran sadar pada berbagai informasi yang telah masuk menjadi program yang menjalankan mental kita. Program itu bisa bersifat positif atau negatif.
Perlu kita sadari, bahwa setiap informasi dan kejadian yang kita alami sebenarnya bersifat netral. Tidak ada informasi atau kejadian yang baik atau buruk, positif atau negatif. Yang membuat inormasi atau kejadian itu bersifat baik atau buruk, positif atau negatif adalah value,meaning, dan cara interpretasi terhadap realita piikiran bawah sadar kita yang sebelumnya sudah tertanam.
RAS, selain berfungsi sebagai pintu gerbang yang menghubungkan pikiran sadar dan bawah sadar, mempunyai tiga fungsi utama, yaitu:
1. menentukan apa yang menjadi fokus perhatian dalam sebuah proses komunikasi
2. menentukan seberapa besar tingkat intensitas perhatian.
3. berapa lama perhatian itu diberikan.
Pikiran mempunyai mekanisme pertahanan diri berbentuk filter, yang bertindak sebagai sistem pengamanan. Filter itu menyaring informasi baru dan memastikan hal hal apa saja yang kita inginkan dari informasi tersebut untuk “diserap” serta “membuang” informasi yang tidak ingin kita terima. Filter itu membandingkan ide ide dan informasi baru dengan value,meaning,serta cara interpretasi terhadap realita yang ada di database (pikiran bawah sadar) kita.
Semua itu sebenarnya bertujuan baik dan menguntungkan kita, agar pikiran bawah sadar kita tetap mempertahankan value, belief, kepribadian, serta car interpretasi kita terhadap realita. Hal ini menguntungkan karena setiap bentuk informasi yang dapat menembus filter tersebut akan langsung masuk ke pikiran bawah sadar dan akan diterima sebagai suatu kebenaran. Jadi, filter tersebut membantu kita agar tidak selalu berubah pikiran dan tidak mudah dipengaruhi ole hide atau informasi yang berasal dari luar diri kita. Dapatkah kita bayangkan apabila filter tersebut tidak berfungsi maka kita terpengaruh oleh setiap informasi yang diberikan oleh semua orang yang berkomunikasi dengan kita.

Induksi atau proses penyampaian informasi agar praktisi hipnotis dapat memberikan informasi yang bersifar sugestif kepada subjek.
Ada lima cara untuk bisa masuk melewati filter mental atau pikiran sadar dan agar informasi dapat langsung diterima oleh pikiran bawah sadar:
1. Pengulangan atau repetisi
Pesan yang disampaikan harus disampaikan atau dilakukan berulang ulang dan konsisten agar akhirnya dapat masuk kepikiran bawah sadar. Contoh :
Tutup mata anda
Kosongkan pikiran anda
Dan, fokus pada napas anda
Tarik napas yang dalam dan rileks
Rileks dan tarik napas yang dalam
Rasakan tubuh anda menjadi nyaman dan rileks
Tarik napas yang dalam
Buang napas dan semua ketegangan yang ada dalam diri anda
dst……

contoh lainnya adalah ketika kita belajar naik sepeda, meyetir mobil, dan lain lain.

2. Identifikasi kelompok atau keluarga
Kita memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Hal ini bergantung kepada keluarga atau kelompok tertentu yang kita serap budayanya. Umumnya kita akan mengikuti kebiasaan yang ada dalam keluarga, kelompok atau masyarakat. Artinya, kita harus menidentifikasi dan menyesuaikan pesan yang akan kita sampaikan dengan kondisi budaya atau yang telah disebutkan diatas sebagai value, belief, kepribadian dan cara interpretasi terhadap relaita seseorang yang berada di pikiran bawah sadarnya.

3. ide yang disampaikan oleh figur yang dianggap memiliki otoritas.
Apa yang disampaiakan oleh seseorang yang dipandang memiliki otoritas, seorang pakar, atau seseorang yang kita hormati dan kagumi akan dengan mudah diterima oleh pikiran bawah sadar. Artinya, dalam penyampaian pesan selama proses induksi, komunikator atau ahli hipnotis harus memposisikan dan memerankan dirinya sebagai seseorang yang memiliki keuasaan atas subjek, dihormati, atau seseorang yang dikagumi. Hal ini dapat dilakukan baik dengan komunikasin verbal maupun nonverbal.

4. Emosi yang intens.
Setiap kejadian yang kita alami, baik disertai dengan intensitas emosi yang tinggi, baik itu emosi positif atau negatuf, akan sangat membekas dipikiran bawah sadar. Hal ini berarti seorang ahli hipnotis harus menggunakan teknik teknik nonverbal dalam menyampaikan pesannya. Bisa berupa intonasi suara yang sesuai, kecepatan berbucara yang tepat, penggunaan kata kata yang melambangkan emosi mendalam, dan lain lain.

Kunci untuk mengubah program yang ada dalam pikiran bawah sadar terletak pada cara kita mem by-pas filter mental seseorang atau pikiran sadarnya dan langsung berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar. Hipnosis menawarkan satu cara yang sangat cepat untuk menonaktifkan filter mental dan masuk kepikiran bawah sadar. Saat pikiran sadar menjadi pasif atau nonaktif, setiap pesan atau sugesti yang diberikan memiliki kekuatan Sembilan kali lipat lebih kuat dibandingkan dengan situasi biasa(data menurut Indonesia Hypnosis Center). Hal ini membuat perubahan yang diharapkan melalui penyampaian pesan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efektif.

Fungsi hipnosis dalam dunia profesional
Bila diaplikasikan lebih lanjut untuk mengetahui lingkup area sub-conscious atau bawah sadar, sebagai areal yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan area conscious atau kesadaran normal, ilmu ini cukup efektif menjawab persoalan yang biasa dihadapi di dunia profesional. Jika pemahaman terhadap alam bawah sadar ini diaplikasikan, dapat melancarkan rutinitas pekerjaan. Misalnya untuk seorang marketer yang ingin meningkatkan potensi daya jualnya dengan menerapkan teknik teknik komunikasi sugestif yang tepat.
Tidak hanya itu hipnosis juga bermanfaat bagi pemimpin ataupun guru yang ingin mentransformasikan ilmunya. Lewat proses belajar singkat dalam waktu satu hari melalu hipnosis dasar, seorang pemimpin perusahaan, dapat dengan mudah mengiring dan mengatur mentalitas karyawan ke arah lebih baik. Bahkan, hipnosis juga baik dikembangkan untuk bidang lainnya yang berhubungan antarmanusia, antara lain personalia, public relations, periklanan. dan segala pekerjaan yang berhubungan dengan dunia social.


-Fin-


Daftar Pustaka
Gunawan, W. Adi, Hypnosis the art of subconscious communication, PT Gramedia pustaka utama, Jakarta, 2005.
Gunawan, W. Adi. Hypnotherapy the art of subconscious communication, PT Gramedia pustaka utama, Jakarta, 2007.
Putra, Eka Dianata, Membaca pikiran orang lewat bahasa tubuh, Mizan media utama, Bandung, 2008.
Fachri, A. Hisyam, The real art of hypnosis; kolaborasi seni hipnosis timur barat, Gagas media, Jakarta, 2008.
Rafael, Romy, Hipnoterapi quit smoking, Gagas media. Jakarta, 2006.
Atkinson, L. Rita, Atkinson, Richard C, Smith, Edward E, Bem, Darly J, Pengantar psikologi, Harcourt brace & Company, dialihbahasakan oleh Widjaja kusuma, Interaksara, Batam, 2000.
De Vito, Joseph A, Human communication, Harper Collin Publishers Inc, 1996.

Readmore...

Hipnokom

Hipnokom
Hipnosis ; suatu fenomena dalam seni berkomunikasi.
Saat ini masyarakat Indonesia mulai banyak mengenal hipnosis, baik dari pertujukan di televisi maupun dari pemberitaan berbagai media massa. siapa yang tidak kenal dengan nama seperti Romy Rafael? master hipnosis di Indonesia yang telah malang melintang di media televisi. seiring dengan semakin gencarnya publikasi, masyarakat juga dihadapkan pada berbagai informasi yang tidak tepat atau bahkan salah mengenai hipnosis. Akhir akhir ini banyak diberitakan tentang berbagai modus “penipuan” dimasyarakat, yang menggunakan teknik teknik hipnosis. Beberapa pandangan yang salah tentang hipnosis yang beredar di masyarakat antara lain, hipnosis adalah praktek supranatural atau klenik, hipnosis sama dengan gendam atau kejahatan, hipnosis adalah penguasaan pikiran, hipnosis adalah ilmu sesat yang menggunakan kekuatan mahkluk halus, atau hipnosis sama dengan tidur,hipnosis adalah ilmu untuk kejahatan dan lain lain.
Apakah hipnosis seperti itu? tentu saja tidak. pandangan umum yang salah seperti di atas tentunya akan sangat merugikan masyarakat itu sendiri. masyarakat yang tidak mengerti arti hipnosis yang sebenarnya akan menutup diri dan menolak mengetahui atau mempelajari hipnosis, yang pada akhirnya tidak akan mendapatkan manfaat yang sesungguhnya sangat besar dari praktik hipnosis. Hipnosis adalah suatu



Hipnosis adalah suatu cabang ilmu gabungan antara psikologi, khususnya psikoanalisa, seni komunikasi antar pribadi, serta logika tentang kinerja otak. perkembangan ilmu hipnosis sangat berkembang di luar negeri, khususnya Amerika, hipnosis bahkan telah di ajarkan secara resmi di berbagai lembaga pendidikan terkemuka.
Kata hipnosis dalam bahasa inggris adalah hypnosis atau hypnotism (hipnotisme). kata hipnosis menurut kamus Encarta memiliki makna:
1. Suatu kondisi yang menyerupai “tidur” yang dapat secara sengaja dilakukan kepada seseorang, dimana mereka akan memberikan respons pada pertanyaan yang diajukan, sangat terbuka dan reseptif terhadap sugesti yang diberikan oleh hipnotis.
2. Teknik atau praktik dalam mepengaruhi orang lain untuk masuk kedalam kondisi hipnosis dengan menggunakan seni berkomunikasi yang relevan.
selain itu, juga terdapat beberapa definisi dari para ahli tentang kata hipnosis. beberapa definisi tersebut antara lain:
1. hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat, sehingga tingkat sugestibilitas atau pemahaman makna pada pesan meningkat sangat tinggi. (Robert Bandler;1975)
2. hipnosis adalah sebuah seni komunikasi untik mempengaruhi seseorang sehingga tingkat kesadarannya yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak.(C. Maxwell Cade;1987)
3. hipnosis adalah seni eksplorasi alam bawah sadar.
4. hipnosis adalah kondisi dimana kesadaran seseorang meningkat.
5. hipnosis adalah suatu kondisi pikiran yang dihasilkan oleh teknik komunikasi yang sugestif.

Jadi, secara garis besar hipnosis dapat diartikan sebagai suatu teknik komunikasi baik dengaan bahasa verbal maupun nonverbal yang bersifat sugestif dan memiliki isi pesan yang repetitif (diulang ulang kalimatnya) sehingga pesan yang disampaikan dapat menembus pemikiran sadar subjek, lalu dapat menonaktifkannya, dan mengaktifkan pikiran alam bawah sadar subjek untuk dapat memasukkan pesan yang sifatnya positif, imajinatif dan membangun.
Istilah istilah yang sering digunakan dalam hypnosis:
 hipnotis berarti orang atau pelaku hipnosis. sama seperti piano. piano adalah alat musik. sedangkan orang yang pintar dan ahli dalam memainkan piano disebut pianis.
 Subjek hypnosis atau sering hanya disebut subjek adalah orang yang digunakan dalam eksperimen hypnosis.
 Partisipan adalah orang banya (penonton seminar, lokakarya, dll) yang menjadi bahan eksperimental hypnosis.
 Induksi adalah suatu teknik atau mekanisme komunikasi yang digunakan untuk membawa subjek masuk kedalam kondisi hypnosis.
 Trance adalah kondisi dimana subjek telah berhasil di induksi dan masuk kedalam tahap hypnosis (sugestif).
Berdasarkan data dari Stanford Hypnotic Susceptibility Scale (SHSS), manusia mempunyai dua macam pikiran, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Peran dan pengaruh pikiran sadar terhadap diri kita adalah sebesar 12%, sedangkan pikiran bawah sadar mencapai 88%. Hal ini sesuai dengan teori dari seorang ahli psikoanalisa ternama, Sigmund freud, ia mengatakan bahwa alam pikiran manusia itu seperti sebuah gunung es. Dimana alam pikiran sadar manusia berada pada bagian puncak gunung es yang tampak dipermukaan, sedangkan bagian dasar dari gunung tersebut, yang jumlah bagiannya lebih besar dianalogikan seperti alam pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar manusia merupakan bagian yang jarang terekspos, padahal pikiran bawah sadar manusia sangat memiliki peranan yang penting dalam keefektifan proses penyampaian pesan atau pembentukan diri manusia. Menurut para ahli psikologi dan ilmu neurologi pikiran, baik pikiran sadar maupun pikiran bawah sadar memiliki karakteristik masing masing.

Pikiran sadar memiliki empat fungsi spesifik, yaitu :
1. mengidentifikasi informasi atau pesan yang masuk
Informasi atau pesan baik yang bersifat verbal maupun non verbal ini diterima melalui panca indra –penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, serta sentuhan atau perasa-.
2. membandingkan
Informasi atau pesan yang masuk dibandingkan dengan database (referensi, pengalaman, dan segala informasi) yang berada di pikiran bawah sadar agar terjadi kesamaan meaning antara komunikator dan komunikan.
3. menganalisis.
4. memutuskan.

Pikiran bawah sadar memiliki fungsi atau menyimpan hal hal berikut:
1. kebiasaan (baik, buruk dan refleks)
Kebiasaan baik bersifat positif dan produktif. Kebiasaan buruk bersifat negatif dan destruktif. Misalnya seperti merokok, emosional, dan lain lain. Sedangkan kebiasaan reflex antara lain seperti kegiatan otomatis seseorang ketika ia menutup pintu setelah membukanya atau kebiasaan menutup mulut saat batuk.
2. Emosi.
Yaitu bagaimana perasaan kita mengenai suatu keadaan, hal hal tertentu dan terhadap orang lain.
3. memori jangka panjang
Memori jangka panjang adalah tempat penyimpanan memori yang bersifat jangka panjang. Ada memori yang tidak dapat diingat dala kondisi sadar namun dapat dimunculkan kembali dengan bantuan hipnosis.
4. kepribadian.
Kepribadian adalah karakteristik individual kita dalam berhubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan yang kita jumpai sehari hari.


5. intuisi.
Intuisi adalah perasaan mengetahui sesuatu secara instingsif.
6. kreatifitas.
Kreatifitas adalah kemampuan kita untuk mewujudkan visi, pemikiran, dan impian menjadi kenyataan.
7. persepsi.
Persepsi adalah penyeleksian, interpretasi, analisis dan integrasi secara aktif dari beberapa stimulus yang ditangkap oleh indera kita. Persepsi berhungan dengan bagaimana cara kita melihat dunia menurut “kacamata” kita.
8. belief dan value.
Belief atau kepercayaan adalah segala sesuatu yang kita yakini sebagai sesuatu yang benar. Sedangkan value atau nilai adalah segala sesuatu yang kita pandang sebagai hal penting.

Environmental hipnosis
Adi W. Gunawan dalam bukunya yang berjudul Hypnotherapy; the art of subconscious Restructing menuliskan bahwa yang dimaksud dengan environmental hipnosis adalah kondisi dimana kita dihipnosis oleh lingkungan kita. Setiap saat kita berinteraksi dengan lingkungan. Sejak kita masih kecil hingga saat ini, kita selalu dipengaruhi oleh berbagai stimulus yang berupa pesan dari lingkungan kita. Cepat atau lambat kta pasti akan terpengaruh oleh lingkungan kita.
Kita dapat menganalogikan environmental hipnosis sebagai proses pemrograman pikiran. Saat kita masih kecil, kita diprogram oleh lingkungan terutama oleh orang tua kita. Kepercayaan, kebiasaan, apa yang dipandang baik atau buruk, nilai hidup dan berbagai hal lainnya masuk kedalam pikiran bawah sadar kita. Tanpa kita pernah menyadarinya bahwa semua itu sebenarnya adalah hipnosis. Contohnya, ada orang tua yang menanamkan dalam pikiran anak mereka bahwa mencari uang itu sangat susah, menjadi kaya itu sangat sulit, hidup adalah penderitaan, atau nasib sudah ditentukan oleh yang diatas dan sebagainya. Sebaliknya ada pula orang tua yang menanamkan kepercayaan bahwa hidup adalah anugrah yang harus dimanfaatkan sebaik baiknya. atau semua manusia dasarnya adalah mahkluk yang baik dan lain lain.
Yang lebih ekstrem lagi adalah program negatif yang “di install” orang tua kedalam pikiran anak mereka. Program negatif itu antara lain, “kamu memang anak goblok”, “ngga usah macam macam, memang dari dulu kamu ngga bisa bekerja dengan baik”, “percuma kamu berusaha keras, toh nantinya kamu juga bakal berhenti ditengah jalan”, “kalau pendidikan tidak tinggi tidak mungkin bisa sukses”, “jangan bermimpi yang muluk muluk, nanti kalau ngga kesampaian malah jadi frustasi”, dan masih banyak contoh yang lainnya.
Ada sebuah contoh kasus yang sangat relevan di Indonesia. Umumnya masyarakat Indonesia percaya dengan hal hal yang berbau klenik, hal hal yang berhubungan dengan setan, hantu dan lain lain. Hal ini umumnya kita pelajari dan kita simpan di memori bawah sadar kita atas dasar informasi atau pesan yang disampaikan orang orang dilingkungan kita waktu masih kecil hingga sekarang. Dari kecil kita sering ditakut takuti seperti dengan hal hal yang berbau klenik tersebut. Banyak cerita cerita, yang sebenarnya kita sendiri juga tidak mengetahui secara pasti kejadiannya, tentang hantu atau setan yang mengganggu manusia. Sampai kita dewasa kita meyakini bahwa hantu atau seta itu ada, jahat, mengganggu manusia, menyeramkan dan lain lain. Padahal kita umumnya sama sekali belum pernah secara langsung tau dan berhubungan dengan mahkluk mahkluk gaib tersebut. Pikiran sadar kita tau dan menganalisis fakta bahwa setan dan semacamnya itu tidak ada karena kita tidak pernah “melihatnya”, namun alam pikiran bawah sadar kita yang telah “terkontaminasi” bahwa setan dan lain lain itu ada, menyeramkan dan lain lain, maka kita secara pribadi tanpa disertai akal sehat atau pikiran sadar meyakini bahwa setan atau hal gaib itu ada dan bersifat sedemikian rupa. Ini berarti bahwa pikiran sadar dapat saling bebenturan atau tidak sepaham. Namun karena sifat pikiran bawah sadar lebih kuat dalam mempengaruhi perepsi dan penilaian seseorang terhadap suatu realita maka kita secara jelas “memenangkan” alam bawah sadar dibanding dengan menggunakan alam sadar kita.
Ada contoh lain yang juga sangat relevan. Coba kita sebutkan hal hal apa saja yang berhubungan dengan motor, pasta gigi, pompa air, air mineral, penjajah, dan ustadz. Secara umum secara berurutan kita akan menjawab Honda untuk motor, pepsodent untuk pasta gigi, sanyo untuk pompa air, aqua untuk ar mineral, belanda untuk penjajah, dan baik serta alim untuk ustadz. Namun faktanya apakah jawaban kita itu bersifat logis dan kita pikirkan “secara sadar”? kita umumnya mengaktifkan saraf bawah sadar kita ketika kita menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut. Karena memang hal hal yang telah disebutkan diatas kita anggap, secara tidak sadar, merupakan hal hal yang paling berhubungan. Mengapa kita menjawab Honda untuk sepeda motor?sanyo untuk pompa air?pepsodent untuk pasta gigi? Dan aqua untuk air mineral? Padahal masih ada alternatif lainnya. Misalkan kendaraan roda dua, Yamaha, dan lain lain. Selain itu mengapa kita menjawab belanda untuk penjajah, dan baik serta alim untuk ustadz. Apakah belanda itu penjajah mutlak?mangapa kita tidak menjawab kejam, sengsara, jepang, dan lain lain untuk pertanyaan tentang penjajah. Mengapa juga kita menjawab baik serta alim untuk ustadz? Apakah benar semua ustadz memiliki sikap sikap seperti itu?.
Hal ini dikarenakan lingkungan kita yang terus memberikan informasi dan pesan yang berhungan dengan hal hal diatas. Lalu secara tidak sadar kita menyerapnya dan menyimpannya di pikiran bawah sadar. Kita telah di hipnosis oleh lingkungan baik media massa maupun lingkungan masyarakat sosial untuk dapat menyerap dan menyimpan informasi tersebut di pikiran bawah sadar kita.
Proses penyampain pesan atau informasi pada hipnosis.










Skema aliran masuknya informasi pada manusia

Gambar diatas menjelaskan bagaimana proses pemrograman pikiran terjadi. Sejak lahir, kita telah mulai mendapatkan informasi terutama dari orang tua kita. Apapun yang kita alami selama proses pertumbuhan dan perkembangan kita merupakan proses penyampaian informasi ke alam bawah sadar yang tanpa kita sadari membentuk diri kita hingga saat ini.
Semua pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan keluarga, orang tua, sekolah, guru, Televisi, internet, buku, dan dari banyak sumber lainnya merupakan stimulus penyampai informasi yang berasal dari luar diri kita. Stimulus ini lalu diterima oleh kelima panca indra kita dan masuk ke pikiran sadar kita. Pikiran sadar kemudian memberikan arti atau makna kepada stimulus yang kita terima. Dari pikiran sadar, stimulus ini akan masuk ke pikiran bawah sadar dengan terlebih dahulu melewati suatu pintu gerbang/saringan/filter yang disebut RAS atau Reticular Activating System (Adi W. Gunawan;2005). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seberapa lebar pintu gerbang RAS ini terbuka. Faktor faktor itu antara lain, kondisi gelombang otak, pemikiran dan emosi. Setelah masuk ke pikiran bawah sadar, makna atau meaning yang diberikan oleh pikiran sadar pada berbagai informasi yang telah masuk menjadi program yang menjalankan mental kita. Program itu bisa bersifat positif atau negatif.
Perlu kita sadari, bahwa setiap informasi dan kejadian yang kita alami sebenarnya bersifat netral. Tidak ada informasi atau kejadian yang baik atau buruk, positif atau negatif. Yang membuat inormasi atau kejadian itu bersifat baik atau buruk, positif atau negatif adalah value,meaning, dan cara interpretasi terhadap realita piikiran bawah sadar kita yang sebelumnya sudah tertanam.
RAS, selain berfungsi sebagai pintu gerbang yang menghubungkan pikiran sadar dan bawah sadar, mempunyai tiga fungsi utama, yaitu:
1. menentukan apa yang menjadi fokus perhatian dalam sebuah proses komunikasi
2. menentukan seberapa besar tingkat intensitas perhatian.
3. berapa lama perhatian itu diberikan.
Pikiran mempunyai mekanisme pertahanan diri berbentuk filter, yang bertindak sebagai sistem pengamanan. Filter itu menyaring informasi baru dan memastikan hal hal apa saja yang kita inginkan dari informasi tersebut untuk “diserap” serta “membuang” informasi yang tidak ingin kita terima. Filter itu membandingkan ide ide dan informasi baru dengan value,meaning,serta cara interpretasi terhadap realita yang ada di database (pikiran bawah sadar) kita.
Semua itu sebenarnya bertujuan baik dan menguntungkan kita, agar pikiran bawah sadar kita tetap mempertahankan value, belief, kepribadian, serta car interpretasi kita terhadap realita. Hal ini menguntungkan karena setiap bentuk informasi yang dapat menembus filter tersebut akan langsung masuk ke pikiran bawah sadar dan akan diterima sebagai suatu kebenaran. Jadi, filter tersebut membantu kita agar tidak selalu berubah pikiran dan tidak mudah dipengaruhi ole hide atau informasi yang berasal dari luar diri kita. Dapatkah kita bayangkan apabila filter tersebut tidak berfungsi maka kita terpengaruh oleh setiap informasi yang diberikan oleh semua orang yang berkomunikasi dengan kita.

Induksi atau proses penyampaian informasi agar praktisi hipnotis dapat memberikan informasi yang bersifar sugestif kepada subjek.
Ada lima cara untuk bisa masuk melewati filter mental atau pikiran sadar dan agar informasi dapat langsung diterima oleh pikiran bawah sadar:
1. Pengulangan atau repetisi
Pesan yang disampaikan harus disampaikan atau dilakukan berulang ulang dan konsisten agar akhirnya dapat masuk kepikiran bawah sadar. Contoh :
Tutup mata anda
Kosongkan pikiran anda
Dan, fokus pada napas anda
Tarik napas yang dalam dan rileks
Rileks dan tarik napas yang dalam
Rasakan tubuh anda menjadi nyaman dan rileks
Tarik napas yang dalam
Buang napas dan semua ketegangan yang ada dalam diri anda
dst……

contoh lainnya adalah ketika kita belajar naik sepeda, meyetir mobil, dan lain lain.

2. Identifikasi kelompok atau keluarga
Kita memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Hal ini bergantung kepada keluarga atau kelompok tertentu yang kita serap budayanya. Umumnya kita akan mengikuti kebiasaan yang ada dalam keluarga, kelompok atau masyarakat. Artinya, kita harus menidentifikasi dan menyesuaikan pesan yang akan kita sampaikan dengan kondisi budaya atau yang telah disebutkan diatas sebagai value, belief, kepribadian dan cara interpretasi terhadap relaita seseorang yang berada di pikiran bawah sadarnya.

3. ide yang disampaikan oleh figur yang dianggap memiliki otoritas.
Apa yang disampaiakan oleh seseorang yang dipandang memiliki otoritas, seorang pakar, atau seseorang yang kita hormati dan kagumi akan dengan mudah diterima oleh pikiran bawah sadar. Artinya, dalam penyampaian pesan selama proses induksi, komunikator atau ahli hipnotis harus memposisikan dan memerankan dirinya sebagai seseorang yang memiliki keuasaan atas subjek, dihormati, atau seseorang yang dikagumi. Hal ini dapat dilakukan baik dengan komunikasin verbal maupun nonverbal.

4. Emosi yang intens.
Setiap kejadian yang kita alami, baik disertai dengan intensitas emosi yang tinggi, baik itu emosi positif atau negatuf, akan sangat membekas dipikiran bawah sadar. Hal ini berarti seorang ahli hipnotis harus menggunakan teknik teknik nonverbal dalam menyampaikan pesannya. Bisa berupa intonasi suara yang sesuai, kecepatan berbucara yang tepat, penggunaan kata kata yang melambangkan emosi mendalam, dan lain lain.

Kunci untuk mengubah program yang ada dalam pikiran bawah sadar terletak pada cara kita mem by-pas filter mental seseorang atau pikiran sadarnya dan langsung berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar. Hipnosis menawarkan satu cara yang sangat cepat untuk menonaktifkan filter mental dan masuk kepikiran bawah sadar. Saat pikiran sadar menjadi pasif atau nonaktif, setiap pesan atau sugesti yang diberikan memiliki kekuatan Sembilan kali lipat lebih kuat dibandingkan dengan situasi biasa(data menurut Indonesia Hypnosis Center). Hal ini membuat perubahan yang diharapkan melalui penyampaian pesan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efektif.

Fungsi hipnosis dalam dunia profesional
Bila diaplikasikan lebih lanjut untuk mengetahui lingkup area sub-conscious atau bawah sadar, sebagai areal yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan area conscious atau kesadaran normal, ilmu ini cukup efektif menjawab persoalan yang biasa dihadapi di dunia profesional. Jika pemahaman terhadap alam bawah sadar ini diaplikasikan, dapat melancarkan rutinitas pekerjaan. Misalnya untuk seorang marketer yang ingin meningkatkan potensi daya jualnya dengan menerapkan teknik teknik komunikasi sugestif yang tepat.
Tidak hanya itu hipnosis juga bermanfaat bagi pemimpin ataupun guru yang ingin mentransformasikan ilmunya. Lewat proses belajar singkat dalam waktu satu hari melalu hipnosis dasar, seorang pemimpin perusahaan, dapat dengan mudah mengiring dan mengatur mentalitas karyawan ke arah lebih baik. Bahkan, hipnosis juga baik dikembangkan untuk bidang lainnya yang berhubungan antarmanusia, antara lain personalia, public relations, periklanan. dan segala pekerjaan yang berhubungan dengan dunia social.


-Fin-


Daftar Pustaka
Gunawan, W. Adi, Hypnosis the art of subconscious communication, PT Gramedia pustaka utama, Jakarta, 2005.
Gunawan, W. Adi. Hypnotherapy the art of subconscious communication, PT Gramedia pustaka utama, Jakarta, 2007.
Putra, Eka Dianata, Membaca pikiran orang lewat bahasa tubuh, Mizan media utama, Bandung, 2008.
Fachri, A. Hisyam, The real art of hypnosis; kolaborasi seni hipnosis timur barat, Gagas media, Jakarta, 2008.
Rafael, Romy, Hipnoterapi quit smoking, Gagas media. Jakarta, 2006.
Atkinson, L. Rita, Atkinson, Richard C, Smith, Edward E, Bem, Darly J, Pengantar psikologi, Harcourt brace & Company, dialihbahasakan oleh Widjaja kusuma, Interaksara, Batam, 2000.
De Vito, Joseph A, Human communication, Harper Collin Publishers Inc, 1996.

Readmore...

KOMUNIKASI SPIRITUAL DALAM KONTEKS KETUHANAN, DOA, DAN IBADAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM

KOMUNIKASI SPIRITUAL DALAM KONTEKS KETUHANAN, DOA, DAN IBADAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Kecerdasan spiritual.
Spiritualis adalah kemampuan menangkap kebutuhan yang mendalam serta membaca hakikat terdalam hidup dan semesta. Ada lagi cendekiawan yang mendefinisikan spiritualitas sebagai: the concept that loaded with complex and different meanings; it is used loosely in context as different as religion, architecture, music, painting literature, philosophy and alchemy, as well as in spiritualism, astrology, esoteric, knowledge, et cetera. Sebagian besar ini merupakan wilayah imajinasi dan intuisi yang tidak mesti berkaitan dengan masalah agama. Seorang ateis bisa sangat cerdas secara spiritual, sebaliknya seorang pemimpin agama bisa sangat tidak cerdas secara spiritual. Agama-agama bisa terus hidup tanpa tendensi spiritual manusia, bukan sebailknya.
Namun, kecerdasan ini tidak dapat dikuantifikasi, hanya bisa dirasakan dan ditingkatkan.
Sebaiknya muncul pertanyaan, dimanakah spiritualitas ini berada? Jawabannya tentu tidak bisa semudah mengatakan A, atau B. Awalnya kita harus memetakan manusia terlebih dahulu. Karena dari manusia inilah muncul kecerdasan spiritual, bukan yang lain. Secara konvensional, manusia umumnya dilihat sebagai



manusia umumnya dilihat sebagai perpaduan antara tubuh, pikiran dan ruh. Apabila awalnya orang menganggap tubuh sebagai penjara bagi ruh, kini orang cenderung melihat keterkaitan keduanya.
1. Tubuh adalah :
pertama, cara jiwa tampil dan mengungkapkan diri, berkomunikasi dan memperluas diri.
Kedua, tubuh adalah paradigma utama untuk memahami realitas. Realitas fisik dipahami sebagai “kepanjangan” dari tubuh kita. Tubuh adalah konteks dasar pemikiran.
Ketiga, tubuh adalah alam yang ada dalam diri kita.
Keempat, tubuh adalah bahasa sebelum bahasa.

2. Sementara ruh adalah :
pertama, inti terdalam eksistensi.
Kedua, bagian dari kita yang paham keterkaitan segala sesuatu.
Ketiga, wilayah yang menciptakan makna, nilai dan orientasi hidup yang terdalam.
Keempat, bagian dari kita yang bersifat intuitif dan imajinatif, serta mampu menangkap hakikat terdalam dibalik segala peristiwa dan tampilan.
3. Kemudian elemen terakhir adalah pikiran sebagai kemampuan kita menjembatani tubuh dan ruh; membantu tubuh mengoordinasi dirinya; membantu ruh menyadari posisi aktual dan potensialnya, serta merumuskan dirinya3.
Dalam kenyataannya, tubuh, pikiran dan ruh adalah satu, yang bekerja sebagai proses kognisi yang menyeluruh, dengan pusat koordinasi otak. Namun yang sering menjadi soal adalah bahwa ketiganya kita alami juga sebagai tendensi-tendensi yang memang berbeda. Nah, di wilayah ruh inilah terdapat apa yang disebut kecerdasan spiritual atau SQ, dan tulisan ini, untuk menghindari kesimpangsiuran definisi, memilih membahas spiritualitas sebagai soul, yang memiliki pengertian jiwa, nyawa. Tendensi-tendensi spiritual tersebut ternyata berakar pada suatu struktur dalam otak, yang dinamai neural oskilasi sinkron atau ‘god spot’.
Spiritual dalam komunikasi.
A. Jenis Teori-teori komunikasi
Menurut John Fiske, seorang tokoh dalam ilmu komunikasi, berdasarkan konteks dan tingkatan analisisnya, teori komunikasi dapat dibagi menjadi lima :
1. intrapersonal communication, yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Fokusnya adalah pada bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem syaraf dan inderanya. Umumnya membahas mengenai proses pemahaman, ingatan, dan interpretasi terhadap simbol-simbol yang ditangkap melalui pancainderanya serta kemampuan untuk menyimpan dan meyakinkan suatu informasi untuk dijadikan nilai nilai pribadi dalam dirinya.
2. interpersonal communication, yaitu komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (non-media) atau tidak langsung (media). Fokus teori ini adalah pada bentukbentuk dan sifat hubungan, percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator.
3. komunikasi kelompok. Fokus pada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi, namun pembahasannya berkaitan dengan dinamika kelompok, efisiensi dan efektifitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi serta pembuatan keputusan.
4. komunikasi Organisasi. Mengarah pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan informal. Pembahasan teori ini menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasiannya serta budaya organisasi.
5. komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang ditujukan pada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi melibatkan keempat teori sebelumnya. Teori ini secara umum memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang menyangkut struktur media, hubungan media dan masyarakat, hubungan antara media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak komunikasi massa terhadap individu.
We can not not communicate. Sebuah teori dari seorang ahli komunikasi, Paul Watzlawick, menegaskan bahwa manusia memang tidak bisa berhenti berkomunikasi. Baik untuk dirinya sendiri (komunikasi intrapersonal), komunikasi dengan orang lain (komunikasi antarpersonal) dan komunikasi dengan sesuatu yang dianggapnya mutlak, disembahnya dan diyakini keberadaannya (komunikasi spiritual). Jadi dalam diamnya sekalipun, manusia terus saja berkomunikasi. Karena manusia tidak pernah berhenti berkomunikasi itulah, maka sepanjang itu juga manusia terus mengeluarkan pesan pesannya.




Proses pemaknaan informasi didalam diri manusia.
Terkait dengan proses komunikasi intrapersonal, diungkap lebih mendetail oleh Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya psikologi komunikasi bahwa sistem komunikasi intrapersonal meliputi empat aspek yaitu sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli melalui indrawi manusia. Persepsi ialah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru (persepsi mengubah sensasi menjadi informasi). Memori adalah proses menyimpan informasi dan menghasilkannya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon (Rakhmat, 2000).
Persepsi berarti sama dengan Kesadaran inderawi. Kesadaran indrawi adalah tingkat kesadaran terendah dalam diri seseorang yang berfungsi ketika ia melakukan interaksi tertentu dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan berada dalam kesadaran snderawinya jika ia menyadari dan bisa mernahami diri dan lingkungan sekitarnya dengan bertumpu pada fungsi panca-inderanya. la bisa rnemahami apa yang dilihatnya. la bisa mengerti segala yang didengarnya. la bisa menikmati apa-apa yang dibau oleh indera penciumannya, dikecap olen lidahnya, dan dirasakan oleh kulitnya.
Ketika seseorang berada pada kesadaran inderawinya, maka ia memperoleh nuansa pemahaman terhadap segala yang terjadi sangat 'riil'. Dan cenderung materialistik. Seringkali, di antara kita bertumpu kepada kemampuan inderawi secara berlebihan. Kadang kita hanya percaya kepada sesuatu jika sesuatu itu bisa dijangkau oleh indera. Kita hanya bisa memahami jika telah melihat dengan mata kepala sendiri, atau telah mendengarnya, mencium dan merasakannya. Sesuatu yang tidak terdeteksi oleh panca indera, bakal tidak kita akui sebagai keberadaan. Atau setidak-tidaknya, kita tidak merasa perlu untuk memikirkannya, dan kemudian mengacuhkannya. Orang yang demikian sebenarnya telah terjebak pada pola pikir materialistik. Dan terbelakang. Sebab, ternyata sistem kerja inderawi kita sangatiah terbatas. Sernakin rendah kualitas inderawi kita, maka semakin jelek juga hasil pemahaman kita.
Sebagai contoh, apa yang terjadi pada orang yang buta warna. Seorang penderita butawarna bersikeras bahwa realitas warna yang ada di sekitarnya adalah seperti kepahamannya. Sebab orang yang butawarna memang tidak paham bahwa alam sekitarnya berwarna-warni. Pada orang yang mengalami butawarna to tal, ia hanya bisa memahami dunia dalam warna hitam- putih atau abu-abu saja. Gradasi warna merah, jingga, kuning, sampai putih, baginya hanya terlihat sebagai warna abu-abu tua sarnpai abu-abu muda, dan paling ekstrim adalah putih. Atau sama sekali tidak berwarna, alias hitam. Padahal bagi kita yang tidak butawarna kita melihat bahwa dunia ini berwarna-warni demikian indah. Tidak seperti yang dia fahami lewat keterbatasan pengiihatannya. la telah terjebak pada keterbatasannya sendiri. Dan bersikeras bahwa alam sekitar adalah seperti yang dia pahami.
Sebenarnya penglihatan kita pun demikian terbatasnya. Bahkan, pada orang yang memiliki penglihatan paling 'sempurna' sekalipun. Karena, sistem kerja penglihatan kita ternyata demikian rnenipu. Tidak menceritakan yang sebenarnya terjadi. Apa yang kita lihat sebenarnya bukan realitas. Sesungguhnya antara kenyataan dan apa yang kita lihat atau kita paharni adalah 2 hal yang berbeda. Kita bukan melihat benda yang sesungguhnya, kecuali sekadar bayang-bayang yang tertangkap oleh lensa mata kita, diteruskan ke retina, dan kemudian ke otak sebagai pulsa-pulsa listrik belaka. Sehingga, pusat penglihatan di otak kita itu pun sebenarya tidak pernah berinteraksi langsung dengan benda yang kita lihat. Sel penglihatan di otak hanya berinteraksi dengan pulsa-pulsa listrik yang berasal dari retina. Jadi kalau pulsa-pulsa listrik itu mengalami distorsi, maka pusat penglihatan itu bakal salah dalam memahami penglihatan tersebut.
Persepsi memori dan berpikir merupakan bagian dari kesadaran Rasional atau ilmiah sekaligus menjadi pemicu kesadaran spiritual. Seseorang yang telah memiliki banyak pengalaman, dan sudah makan asam garam kehidupan bakal berusaha memahami realitas kehidupan ini dengan melakukan eksplorasi lebih jauh, daripada sekadar bertumpu pada panca indera. Mereka akan mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang lain. Bahkan, akan menyimpulkan dari berbagai penelitian yang berkait dengan masalah tersebut.
Pengalaman manusia dalam menghadapi persoalan hidupnya itulah yang kemudian disebut sebagai ilmu pengetahuan. la dikembangkan berdasarkan rasionalitas persoalan yang berkembang dengan kebutuhan kehidupan manusia. Maka, orang yang telah menggunakan berbagai khasanah keilmuan untuk memahami realitas hidupnya, ia telah mencapai kesadaran tingkat kedua yaitu Kesadaran Rasional atau Kesadaran Ilmiah. Dia tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada hasil pengamatan panca inderanya. Melainkan membandingkan dengan hasil-hasil pengamatan yang Iain, misalnya melalui alat-alat bantu yang lebih eanggih. Atau analisa-analisa matematis dan perhitungan keilmuan lainnya. Dia, karenanya, lantas mendapatkan kesimpulan yang lebih 'valid' dan lebih mendekati kenyataan dibandingkan sekadar menggunakan panca indera. Sebagai contoh. Kalau kita menggunakan mata untuk mengamati sebatang logam, maka kita akan mengatakan bahwa logam itu adalah benda padat yang tidak berlubang-iubang, tidak tembus penglihatan. Akan tetapi jika kita menggunakan sinar x atau mikroskop eiektron untuk 'melihat' sepotong logam itu, kita bakal melihat sesuatu yang berbeda, bahwa logam tersebut bukanlah benda yang terlalu padat'. la benda yang irerpori-pori dan 'keropos'.
Contoh lainnya, kita tidak bisa melihat janin di dalam rahim seorang wanita, dengan mata telanjang. Tapi, kini kita bisa 'melihatnya' dengan menggunakan alat bantu, USG. Kefaharnannya tentang pekembangan janin di dalam rahim menjadi jauh lebih baik ketimbang hanya sekadar menggunakan mata teianjang. Atau menggunakan teropong suara yang ditempelkan ke perut ibu yang sedang hamil, seperti dilakukan para bidan zaman dulu. Atau, ketika dia berusaha memahami tentang langit. Tentu saja, pemahamannya akan menjadi jauh lebih baik dan maju ketika dia belajar ilmu astronomi sang menggunakan banyak alat bantu berupa rumus matematis maupun teleskop, dibandingkan dengan tianya menggunakan mata untuk memahami bintang-bintang dan benda langit yang berjumlah triliunan.
Pada tingkat kesadaran rasional ini, seseorang tiba-tiba bisa 'melihat' lebih besar dan luas dari apa yang dilhat oleh matanya. la bisa 'mendengar' lebih tajam dibandingkan dengan pendengaran telinganya. la bisa 'mencium' lebih peka daripada penciuman hidungnya. Dan bisa rmerasakan lebih halus daripada kehalusan indera pengecap dan perabanya. Tiba-tiba saja, ia melihat dunia ini berbeda. Bukan hanya seperti yang dia amati selama ini. Banyak hal yang tadinya tidak terdeteksi kini bermunculan. la telah bisa 'melihat-mendengar-mencium- dan sekaligus merasakan' Dunia, dengan menggunakan 'akalnya'.














Proses penerimaan informasi pesan hubungannya dengan tingkat kesadaran seseorang

Tingkat kesadaran selanjutnya adalah 'Kesadaran spiritual'. Kesadaran tingkat ini mulai menggeser tumpuan pemahamannya, dari rasionalitas, menjadi bertumpu pada kepahaman yang lebih mendalam. Dia mulai melihat adanya realita yang tidak teramati oleh ilmu pengetahuan empirik dan pendekatan rasional. Ada realitas di balik batas-batas panca inderaan kemampuan rasionalitasnya. Dan juga, dia melihat keterbatasan pemahamam empirik tertentu yang menjadi landasan ilmu pengetahuan. Dia mulai menggeser rasionalitas menjadi bertumpu pada 'Rasa'.
Biasanya, mengarah pada rasa kekaguman yang mendalam terhadap realitas yang dulu tidak pernah diduganya. Tiba-tiba dia 'melihat' dan 'merasakan' sesuatu yang mengendalikan berada di balik realitas yang sedang dieksplorasinya. Dan kemudian, dia menemui 'tembok pembatas' yang sangat kokoh yang membentur rasionalitasnya. Menghadang pemikiran empiriknya. Dia bertemu dengan 'Sebuah Kekuasaan' yang tiada terperikan. Yang 'Mengatur' dan 'Mengendalikan' alam semesta dengan 'Kecerdasan' yang luar biasa. Tiba-tiba, banyak hal yang tidak memenuhi hukum rasionalitas dan tidak bisa dibuktikan mengikuti metode-metode empirik yang selama ini dikenalnya. Sebagai contoh, adalah ketika kita mencoba memahami realitas alam semesta.
Pada proses sensasi atau kesadaran tingkat pertama - Kesadaran Inderawi - manusia berusaha memahami benda-benda langit sekadar dengan mata dan telinganya. Hasilnya: manusia mengenal berbagai macam bintang di langit, matahari, bulan, dan sejumlah me teor yang jatuh ke Bumi. Banyak manfaat yang telah diambil manusia lewat kesadaran inderawi ini. Di antaranya, manusia pada abad-abad yang lalu bisa menentukan arah perjalanannya dengan berpedoman pada rasi bintang yang dikenalnya. la tahu arah utara, barat, selatan dan timur, berdasar posisi bintang-bintang itu. Manfaat lainnya lagi, mereka bisa menentukan pergerakan waktu dalam skala yang sederhana, berdasar posisi matahari dan bulan yang terlihat dari bumi. Dan lain sebagainya. Namun, Kesadaran Inderawi ini lantas menjebak manusia untuk memahami kenyataan hanya berdasar apa yang dilihatnya. Misalnya, mereka menganggap matahari berkeliling bumi. Sebagaimana juga bulan mengelilingi bumi. Hal ini terjadi karena begitulah memang yang kelihatan dari permukaan planet bumi.
Padahal, sekarang terbukti, ternyata matahari bukan mengelilingi bumi sebagaimana kita lihat, melainkan justru bumilah yang mengelilingi matahari. Kepahaman dan kesadaran bahwa bumi mengelilingi matahari itulah yang lebih mendekati kenyataan. Dan, untuk memperoleh kepahaman bahwa bumi mengelilingi matahari, manusia tidak bisa hanya mengandalkan pancainderanya, melainkan dengan menggunakan berbagai pengamatan tidak langsung yang melibatkan berbagai rumus matematika. Manusia telah melakukan pemahamannya dengan menggunakan ftingsi akal yang lebih tinggi, lewat analisa, perhitungan, dan imajinasi yang lebih abstrak.
Coba bayangkan, mata kita jelas-jelas melihat bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi, setiap hari dari Timur ke Barat. Tapi akal kita justru membantahnya, dan mengatakan bahwa yang berputar berkeliling justru adalah bumi terhadap matahari. Hasilnya, bisa bertolak belakang sama sekali.
Ada dua perbedaan yang sangat mencolok yang diperoleh kedua kelompok itu. Padahal, mereka sama-sama ingin memahami kenyataan yang sama. Akan tetapi, ternyata 'kenyataan' yang mereka sadari itu berbeda. Dan perdebatan itu pun berlangsung sengit selama berpuluh tahun terakhir. Kelompok materialistik bersikukuh dengan pendapatnya bahwa alam semesta terjadi dengan sendirinya secara evolutif. Berproses 'secara kebetulan' membentuk kehidupan. Alam memang memilikikecenderungan untuk beproses seperti yang kita lihat sekarang dalam keseimbangannya. Pada hakikatnya, mereka tidak mau dan tidak bisa melihat adanya 'Sesuatu' dibalik mekanisme yang demikian ‘Aneh dan Cerdas' itu. Bahwa semua proses berjalan demikian teratur dan seimbang dengan tujuan yang sama: membentuk dan memfasilitasi adanya kehidupan. 'Mata imajiner' alias Kesadaran Rasional' ternyata tidak sanggup melihat semua itu. la hanya mampu menangkap hal-hal yang bersifat materialistik belaka.
Hal ini Karena, sebenarnya, 'mata imajiner' alias Kesadaran Rasional adalah sekadar kepanjangan fungsi dari mata kepala, yang dilengkapi dengan analisa-analisa empiris. Dilengkapi dengan berbagai peralatan bantu. Tapi, substansinya masih sama ia 'melihat' dengan 'mata fisiknya'. Maka, tentu saja, ia hanya bisa menangkap hal-hal yang bersifat fisik juga. Padahal, makna yang terkandung di balik realitas itu bersifat non fisik. Yaitu, sebuah 'kefahaman' yang sangat abstrak. Yang, lebih dekat kepada makna dari informasi yang bersifat 'rasa' yang dapat tersembunyi di dalam alam bawah sadar manusia.
Jadi, pada tingkat kesadaran yang lebih tinggi manusia hanya bisa mernperoleh makna itu ketika ia menggunakan seluruh potensi indrawi, pengetahuan rasional, serta rasa sebagai sensor. Bukan lagi hanya menggunakan potensi fisik
Inilah tingkat Kesadaran Spiritual. Sebuah Kesadaran yang dibangun menggunakan segenap potensi diri yaitu alat indra, pengetahuan rasional, serta rasa. Orang yang menggunakan seluruh potensi dirinya akan bisa 'melihat' Allah di balik segala kenyataan fisik yang dilihatnya. Atau dengan kalimat lain dikatakan, ia telah bisa 'merasakan kehadiran Allah' di seluruh benda dan kejadian yang berinteraksi dengannya. Ketajaman 'mata spiritual' alias Kesadaran Spiritual ini semakin sempurna jika seseorang mencapainya secara bertahap, mulai dari Kesadaran Inderawi, Kesadaran Rasional dan kemudian Kesadaran Spiritual. Sebab, munculnya Kesadaran pada tingkat yang labih tinggi itu biasanya selalu dipicu oleh memuncaknya Kesadaran yang lebih rendah.
Sebagai contoh, munculnya Kesadaran Rasional adalah ketika pemahaman inderawi sudah mentok, tidak mampu lagi. Ketika, mata sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi di pusat matahari, maka di situlah terjadi stimulasi terhadap Kesadaran Rasional untuk berkembang. Maka, manusia lantas menggunakan potensi rasionalitasnya untuk mengungkapkan rahasia yang ada di pusat matahari itu. Bahwa di sana ada proses pernbangkitan energi panas yang luar biasa dahsyat yang disebut sebagai reaksi Termonuklir. Demikian pula, ketika mata fisik sudah tidak mampu lagi melihat sebab terjadinya keseimbangan yang mengikat dan menggerakkan benda-benda raksasa dl alam semesta, maka Kesadaran Rasional terpicu untuk mengambil alih peran indera yang terbatas itu. Dan muncullah kesimpulan-kesirnpulan ilmiah yang menjelaskan terjadinya keseimbangan gravitasi di seluruh penjuru langit. Kita, lantas berada dalam Kesadaran Rasional tentang kenyataan tersebut.
Begitu pula dengan Kesadaran Spiritual, ia baru akan muncul ketika terpicu oleh ketidakmampuan Kesadaran Rasional dalam memaharni kenyataan yang terhampar di hadapannya. Selama seseorang masih merasa bisa memahami kenyataan ini dengan Kesadaran yang lebih rendah maka ia akan rnenyombongkan diri tentang. kernampuan itu. Pada saat yang bersamaan ia tidak aka pernah beranjak dari kesadaran rendahnya menuju kesadaran yang lebih tinggi.Perkembangan ilmu pengetahuan empirik yang semakin rnemuncak di abad-abad terakhir ini, sebenarnya telah rnenstimulasi munculnya Kesadaran Spiritual. Kemampuan mata imajiner manusia mulai menemukan batasnya.
Yang di balik batas itu, manusia mulai merasa tidak tahu apa-apa. Ada suatu rahasia besar yang 'menakutkan', yang berada di luar jangkauan kemampuan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan yang bergerak ke segala arah kehidupan telah menemukan ketidakterbatasan yang 'mengerikan'. Baik yang berkait dengan pemahaman alam makro, alam mikro, maupun yang terkait dengan proses-proses kehidupan. Pada skala makrokosmos, rnisalnya, manusia kini dihadapkan pada "Kebesaran Misterius' yang tiada bandingnya.
Dulu, manusia hanya mengenal dunia sebagai lingkungan dimana ia menjalani hidup. la menganggap dunia hanya sebesar daerah tempat tinggalnya. Seiring dengan perjalanan hidupnya, manusia lantas rnemahami tentang pulau dan benua yang ditempatinya. Semakin rneluas, manusia memahami bahwa bumi ini bulat. Dan akhirnya, manusia memperoleh kepahaman bahwa bumi hanyalah sebuah planet kecil dari triliunan benda langit yang terhampardi seluruh penjuru alam semesta. Tiba-tiba manusia rnernperoleh kesadaran, tentang keberadaannya yang demikian kecil di hamparan 'padang pasir' semesta raya. Dimana bumi hanya bagaikan sebutir 'debu'. Dan di atas debu itulah5 miliar manusia hidup dengan segala kesombongannya.
Ketika proses komunikasi intrapersonal dikaitkan dalam nuansa spiritual khususnya perspektif Islam maka akan menjadi kajian introspektif dalam proses pencerahan umat manusia mencari dan menemukan agama dan Tuhannya. Hal ini bisa terlihat ketika Nabiullah Ibrahim dalam kegelisahan jiwanya mencari pencerahan tentang hakekat ketuhanan yang sesungguhnya. Disaat malam telah menjadi gelap, Ia melihat bintang, lalu Ia berkata “inilah tuhanku”. Namun, tatkala bintang itu tenggelam, Ia berkata “saya tidak suka pada yang tenggelam”. Kemudian, tatkala Ia melihat bulan muncul, Ia berkata “inilah tuhanku”. Namun, setelah cahaya bulan menghilang, Ia berkata “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. Kegelisahan jiwa Nabiullah Ibrahim terus berlanjut hingga Ia melihat matahari terbit, Ia berkata “inilah tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari terbenam, Ia berkata “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan” (Dahlan, 2003).
Allah ataupun sebutan lain bagiNya ialah dzat yang ghaib dan selalu melingkupi di diri kita. Dialah yang memberikan petunjuk dan ‘membisiki’ kita. Dia bukan orang lain, tapi merupakan part of our life. Mungkin kurang tepat kalau kita katakan komunikasi interpersonal karena Dia bukan orang lain. Dalam manunggaling kawula Gusti (yang telah disalahkaprahkan oleh Syekh Siti Jenar). Tuhan berada dalam diri kita. Semua kebaikan kita berasal dari Tuhan dan semua yang kurang baik karena kelakuan diri kita. Jadi, berdoa pun termasuk komunikasi intrapersonal. Dalam psikologi transpersonal yang mengkaji spiritual pun dikaji bahwa doa adalah kekuatan self suggestion bagi kita. Inilah yang mendasari bahwa doa ialah intrapersonal yang bisa jadi mempunyai peliputan sosial. Contohnya, anda mendoakan orang lain (orang tua maupun anak).
Spiritual dalam Ilmu pengetahuan
Bagi Albert Einstein, tidak terbayangkan olehnya ada para ilmuan yang tidak punya keimanan mendalam. Makin jauh kita masuk pada rahasia alam, makin besar kekaguman dan penghormatan kita pada Tuhan. Ketika Einstein ditanya apakah Ia percaya kepada Tuhannya Spinoza, filosof Yahudi dari Belanda, Ia berkata :
Aku tak bisa menjawabnya dengan sederhana; ya atau tidak. Aku bukan ateis dan aku tidak juga dapat menyebut diriku panteis. Kita ini mirip seorang anak yang masuk kesebuah perpustakaan besar, penuh dengan buku dalam berbagai bahasa. Anak itu tahu bahwa pasti ada orang yang telah menulis buku-buku itu. Secara samar-samar, si anak menduga adanya keteraturan misterius dalam penyusunan buku-buku itu, tetapi Ia tak tahu bagaimana. Bagiku, itulah sikap yang sesungguhnya dari bahkan orang yang paling cerdas sekalipun terhadap Tuhan. Kita melihat alam semesta disusun dengan sangat menakjubkan dan mematuhi hukum-hukum tertentu. Tetapi, kita hanya memahami hukum-hukum itu secara samar-samar saja. Pikiran kita yang terbatas tak dapat menangkap kekuatan misterius yang menggerakkan semesta. Aku terpesona dengan panteisme spinoza, tetapi aku jauh lebih mengagumi lagi sumbangannya bagi pemikiran modern karena dialah filosof pertama yang memperlakukan jiwa dan badan sebagai satu kesatuan, bukan dua hal yang berbeda (Rakhmat, 2004).

Ketakjubannya pada penemuan ilmu pengetahuan membawa Einstein kepada Tuhan. Jika pandangan agamanya mempengaruhi pemikiran ilmiahnya, pada gilirannya pemikiran ilmiahnya mewarnai pandangan agamanya. Dalam pandangan Einstin, salah satu interaksi antara agama dan ilmu pengetahuan adalah “agama menyumbangkan ajarannya pada ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan menghadiahkan penemuannya pada agama”. Meminjam metafora Einstin, maka sesungguhnya antara Agama dan Ilmu pengetahuan ibarat si buta dan si lumpuh. Ilmu pengetahuan tanpa bantuan agama, akan terpaku pada tempat duduknya. Ia hanya mampu melihat apa yang berada disekitarnya. Suapaya bisa berjalan, ilmu pengetahuan harus meminta bantuan agama. Agama membawa ilmu pengetahuan pada dunia yang lebih luas, dunia yang jauh diluar batas-batas empiris.
Dalam pandangan Muthahhari, bahwa sesungguhnya sejarah telah membuktikan pemisahan ilmu pengetahuan dari keimanan telah menyebabkan kerusakan yang tak bisa diperbaiki lagi. Keimanan mesti dikenali lewat ilmu pengetahuan. Keimanan bisa tetap aman dari berbagai takhyul melalui pencerahan ilmu pengetahuan. Keimanan tanpa ilmu pengetahuan akan berakibat fanatisme dan kemandekan. Jika saja tak ada ilmu pengetahuan dan ilmu, agama, dalam diri penganutnya yang naif akan menjadi suatu intstrumen ditangan-tangan para dukun cerdik (Muthahhari, 1994).
Bagaimanapun bentuk penolakan Nietzche, Freud dan Karl Marx terhadap nilai-nilai agama dan proses penerimaan Einstin tentang hakekat ketuhanan, menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan adalah bagian dari proses pencerahan manusia menuju tuhan-Nya namun juga sebaliknya, ilmu pengetahuan bisa menyesatkan manusia dari jalan-Nya. Menurut Ayatullah Khomaeini (Yamin, 2002) bahwa, Kaum filosof telah membuktikan Kemahahadiran Tuhan dengan argumen-argumen rasional. Akan tetapi selama apa saja yang telah dibuktikan oleh akal dan argumen tidak mencapai hati, maka akal itu tidak memiliki kepercayaan kepadanya.
Hikmah yang dari proses pencarian hakekat ketuhanan hingga menemukan jalan menuju Tuhan menurut para sufi tidak akan terlepas dari tiga proses utama yaitu
Pertama, takhalli yaitu berjihad dan bermujahadah untuk mengosongkan jiwa dari segala sifat dan perbuatan yang tercela. Unsur “keterpaksaan” dalam proses ini, menempatkan amaliah seseorang dalam bingkai ketaatan yang senantiasa disandarkan atas negosiasi pahala dan dosa. Pada tahap ini seseorang menyesali segala perbuatan dosa yang telah dilakukannya, kemudian membuka sejarah lembaran baru dengan menghiasi diri dengan perbuatan yang baik.
Proses kedua adalah tahalli yaitu upaya pengisian dan penghiasan diri dengan sifat-sifat yang terpuji. Dalam hal ini seorang hamba tidak lagi tergantung pada negosiasi surga neraka, melainkan hanya ingin dekat dengan Dzat yang dikasihi dan dirindukan.
Proses yang ketiga dan terakhir adalah tajalli yaitu tidak lagi menjadikan amal sholeh sebagai tempat berpijak tetapi lebih banyak melakukan kontemplasi. Pada fase inilah tempatnya seorang ber-ittihad (menyatu) dengan Tuhan, ber-hulul (Tuhan menempati dan memilihnya) dan ber-wahdatul wujud (Kesatuan eksistensi Tuhan dengan hamba).
Komunikasi spiritual = komunikasi intrapribadi
Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo'a, bersyukur, beribadah, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif .
Komunikasi intrapribadi melibatkan penggunaan sistem saraf sadar dan tidak sadar manusia. Dalam komunikasi spiritual hal ini dapat diartiakan sebagai proses pengiriman pesan dari sistem saraf sadar manusia, dalam hal ini dapat berupa kata kata verbal atau non verbal dengan menggunakan alat indra maupun dengan menggunakan perasaan (dalam hati).
Menurut Maxwell Maltz, seorang pakar psikologi yang menyusun buku best seller 'The New Psycho- Cybernetics', alam bawah sadar itu bisa dipelajari mekanismenya dan kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan efek seperti yang kita inginkan dalam mendukung kesuksesan dan kebahagiaan kita. la menciptakan teori, sekaligus metode pelatihan, yang disebutnya sebagai Psycho-Cybernetics.
Metode ini intinya mengatakan, bahwa kesuksesan dan kebahagiaan seseorang itu bisa dikendaiikan dan dicapai lewat pikiran yang positip. Keinginan yang rasional, dan terus menerus ditanamkan ke alam bawah sadar seseorang, dengan kata lain dengan melakukan komunikasi intrapersonal dengan alam bawah sadar kita, seperti memberikan atau memasukkan pesan pesan yang positif kepada diri kita sendiri (autusuggestion) bakal menghasilkan keyakinan yang mendorong pada kesuksesan yang dituju. Ada mekanisme otomatis di bawah sadar, yang mengkoordinasikan semua variabei untuk menuju pada kesuksesan itu. Kuncinya, kata Maltz, adalah kemampuan kita untuk menanamkan pesan bahwa sesuatu itu bisa dilakukan dan benar-benar terjadi. Jika, pesan itu secara berulang-ulang rnemprovokasi alam bawah sadar kita, maka kejadian itu bakal benar-benar terjadi ! Keyakinan terhadap pesan itu sendiri tidak boleh dikotori oleh kesombongan, ketidakjujuran, kekhawatiran, ragu- ragu, dan berbagai sifat-sifat yang mengarah kepada pikiran negatip alias negative thingking.
Pikiran yang demikian tidak akan mernberikan keyakinan pada alam bawah sadarnya, sehingga tidak bisa memicu bergulirnya mekanisme otomatis untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Adalah berbeda antara bermimpi alias sekadar ingin, dengan meyakini akan bisa mernperolehnya. Yang bisa berpengaruh pada alam bawah sadar kita bukanlah bermimpi - apalagi berkhayal - tapi sebuah keyakinan rasional bahwa kita bisa meraihnya. Seseorang harus memiliki keyakinan rasional yang mantap, keikhlasan, kesabaran, ketenangan, kejujuran dan mencintai dengan ketulusan hati. Barulah dia mampu mempengaruhi mekanisme otomatis itu untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkannya.
Mekanisme Universal ini bisa kita terapkan untuk rnenjelaskan, kenapa seseorang yang berdoa dengan tulus ikhlas dan keyakinan yang mantap bisa terkabul seperti yang dia inginkan. Sebab, doa yang tulus ikhlas dan sepenuh keyakinan, lantas diulang-ulang, akan menstimulasi alam bawah sadarnya untuk bereaksi secara positip pula. Sedangkan orang yang ragu-ragu dan tidak mantap dalam berdoa tidak akan bisa memicu mekanisme bawah sadamya untuk bereaksi. Bahkan, kalaupun bereaksi, justru akan bereaksi secara negatip untuk rnernunculkan kegagalan. Keyakinan, dan perasaan penuh harap ternyata telah mampu memicu bergulirnya mekanisme universal sesuai dengan doa yang dipanjatkan.
Hasilnya, terjadi setelah proses itu berjalan sekian tahun kemudian. Lama tidaknya proses itu berbeda-beda pada setiap kejadian, bergantung seberapa banyak faktor dan variabel yang menipengaruhinya. Inilah yang difirmankan Allah dalam berbagai ayatNya, bahwa barangsiapa berdoa kepada Allah dengan sungguh- sungguh maka Allah akan mengabulkannya. Doa itu harus diiringi dengan keyakinan terhadap suatu 'Mekanisme Tunggal', yang ternyata begitu dekat dengan kita. Sama sekali tidak jauh. Dan mekanisme itu 'Pasti' akan rnengabulkan doa tersebut. (QS. AI Baqarah (2) : 186)
Allah sebagai komunikan
Dalam bahasa komunikasi spiritual, Allah berperan sebagai komunikan atau objek dari pesan. Pertanyaan yang paling mendasar adalah tentang Allah adalah dimanakah allah berada. Selama pertanyaan ini belum terjawab dengan tuntas kita tidak akan dapat membahas tentang arti dari komunikasi spiritual itu sendiri, bahkan yang lebih parah hal ini dapat mengganggu kualitas peribadatan kita. Hal ini terjadi karena kita tidak pernah tahu dan tidak pernah yakin dimanakah Allah berada. Sehingga komunikasi spiritual kita dengan Allah akan menjadi abstrak dan terkesan janggal serta tidak rasional.
Dimanakah Allah, apakah Dia berada di surga, ataukah Dia berada di akhirat, (tapi akhirat dan surga itu dimana) apakah Dia berada dilangit, sebagaimana kita selalu berdoa dengan mentengadahkan tangan ke atas, ataukah Dia berada didalam berada didalam hati kita, ataukah Dia berada di Ka’bah, yang jelas, di dalam Alqur’an dijelaskan bahwa Allah bersemayam di dalam Arsy. Tetapi dimana jugakah Arsy Allah itu, semuanya perlu diperjelas.
Biasanya untuk gampangnya lantas beberapa diantara kita menyatakan agar tidak memperpanjang diskusi tentang eksistensi Allah, karena bisa menjurus kepada kemusyrikan. tetapi menurut kami, pendapat semacam itu justru berbahaya karena eksistensi Allah didalam benak kita menjadi abstrak, tidak jelas, dan bersifat tidak rasional. Kembali kepada pertanyaan dimanakah Allah. Apakah Allah tinggal di “rumahNya”, di Ka’bah baitullah, jawaban ini tentu sangatlah naïf. sudah pasti Allah tidak tinggal di ka’bah.
Baitullah atau “rumah Allah” itu hanya menunjukkan kepemilikkan, bahwa rumah suci itu milik Allah, dan sama sekali tidak menunjukkan kepada tempat tinggal. Lantas apakah Allah berada di surga, pertanyaan selanjutnya seberapa luaskah surga itu, sehingga dikatakan Allah tinggal disana, bukankah Allah maha besar. Allah adalah Dzat yang paling besar dintara semua eksistensi yang pernah kita tahu.Jika Allah berada didalam surga berarti surga itu lebih besar daripada Allah. Maka, berarti Allah tidak Maha Besar. Jadi, pendapat bahwa Allah berada di dalam surga, dalam konsep Islam, tidak bisa diterima.
Kalau begitu, mungkin Allah berada di langit Buktinya, kita selalu berdo'a kepada Allah-dengan cara tengadah. Dan sering pula kita mengatakan 'Yang di atas', untuk menunjuk keberadaan Allah. Tetapi seberapa luaskah langit itu. sehingga ia bisa 'mewadahi’ eksistensi Allah.
Memang langit semesta ini sangatlah besar. Bahkan luar biasa besar, karena diameternya diperkirakan oleh para Astronom sebesar 30 miliar tahun cahaya. Usia kita tidak ada apa-apanya dibandingkan besarnya alam semesta ini. Tetapi apakah ia mampu 'mewadahi’ Allah, Terlalu naif jika kita mengatakan bahwa Allah ada di langit. Dan lagi, dengan berkata begitu, kita sama saja dengan mengatakan bahwa Allah tidak berada di bumi. Sama saja dengan ketika mengatakan bahwa Allah ada di Surga, maka berarti Allah tidak berada di Neraka. Jika kita mengatakan Allah ada di atas, maka berarti Allah tidak berada di bawah. Jika Ia di langit maka tidak di Bumi.
Ada juga yang mengatakan bahwa Allah itu ada di hati kita masing-masing. Kalau begitu apakah Allah itu banyak, sehingga berada di setiap hati manusia, Padahal kita semuanya sepakat, bahwa Allah itu hanya Satu. Atau ada juga yang berpendapat bahwa Allah itu ada di akhirat. Maka, berarti Dia tidak berada di dunia, Dan lagi, dimanakah akhirat itu? Apakah ia ada di galaksi lain, Apakah sekarang belum ada, Tidak.
Allah mengatakan bahwa alam akhirat itu sebenarnya sudah ada. Sebagaimana juga surga dan neraka itu sekarang sudah ada. Hanya saja belum ditampakkan.Sungguh semuanya masih bersifat teka-teki dan misterius. Karena itu, biasanya lantas kita berlindung kepada kata-kata : bahwa Allah itu gaib keberadaanNya, sehingga kita tidak bisa memikirkanNya, dan apalagi melihat atau mengobservasiNya. Tentu tidak boleh demikian. Sikap ini tidak sepenuhnya benar. Memang Allah gaib, tetapi bukan tidak bisa dipikirkan, sehingga kita lantas tidak bisa mengenali eksistensi Allah itu. Bahkan Dia sendiri memerintahkan kepada kita untuk mengenal Allah dari berbagai tanda-tandaNya. Kalau kita tidak mengenal Allah, bagaimana kita bisa berkomunikasi denganNya.
QS. Nisaa’ (4) : 126
“Untuk Allah lah segala yang ada dilangit dan segala yang ada dibumi, dan adalah Allah maha meliputi segala sesuatu”
Ayat tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa EksistensiNya meliputi segala yang ada itu. Ini secara frontal telah menjawab pertanyaan: ' dimanakah Allah. Bahwa Allah bukan hanya dilangit, bukan hanya di surga, bukan hanya di hati kita.bukan hanya di Ka'bah, dan bukan hanya di akhirat.Tetapi, Allah meliputi segala yang ada.Allah sekaligus berada di Akhirat, tetapi juga di dunia. Di surga tetapi juga di neraka. Di langit.namun juga di bumi. Di hati kita, tetapi sekaligus juga di hati seluruh makhlukNya. Allah bersama segala benda yang bisa kita sebutkan {mulai dari atom dan molekul, seluruh makhluk hidup di muka bumi, hingga benda-benda langit yang tersebar di alam semesta ini) sampai pada hal-hai yang tidak bisa kita sebutkan, yaitu hal-hai yang gaib. Tidak ada satu tempat pun yang Allah tidak berada di sana. Allah meliputi segala makhlukNya! Kalimat terakhir ini sungguh sangat tepat dan sarat makna. Dengan mengatakan bahwa Allah meliputi segala makhlukNya, maka Dia telah memproklamirkan kepada seluruh makhlukNya bahwa DzatNya adalah Maha Besar. Bagaimana mungkin Dia bisa meliputi segala sesuatu, kalau Dia sendiri tidak Maha Besar. Bayangkan saja, Allah rneliputi surga. Berarti Allah harus lebih besar dari surga. Padahal rnenurut QS Ali Imran 133, surga itu luasnya seluas langit dan bumi {ardhuhas samaawaati wal ardhi).
Ini berarti Allah jauh melebihi ruang dan waktu yang terangkum dalam alam semesta, atau langit dan bumi ciptaanNya tersebut. Tidak ada satu ruang kosong pun di mana Allah tidak berada di sana. Allah berada bersama kita, juga sedang bersama mereka. Tetapi sekaligus juga mengisi ruang antara kita dan mereka. Dan seluruh ruang diluar kita. Bagi Allah : di sini, di situ, di sana, tidak ada bedanya, karena Allah meliputi semuanya. Demikian pula, bagi Allah : Barat dan Timur, atas dan bawah, kanan dan kiri, belakang dan depan, juga tidak ada bedanya. Karena Barat dan Timur adalah milik Allah, di mana Allah berada di sana dalam waktu yang bersamaan. Juga, karena Allah meliputi segala makhluk ciptaanNya itu.
Jadi keberadaan Allah terhadap ruang adalah mutlak. Sehingga, sebenarnya, pertanyaan 'Allah ada di mana' adalah sebuah pertanyaan yang keliru. Karena Allah tidak terikat ruang. Dia berada di mana-mana dalam waktu yang bersamaan. Pertanyaan 'dimana' hanya bisa dikenakan kepada sesuatu yang berada di dalam ruang. Padahal yang terjadi pada Allah adalah sebaliknya : ruang itulah yang berada di dalam Allah.
Demikian pula mengenai waktu. Allah tidak terikat waktu. Allah juga tidak berada di dalam dimensi waktu. Bagi Allah : sekarang, besok, kemarin, 1 miliar tahun yang lalu, atau 1 miliar tahun yang akan datang, tidak ada bedanya. Sama persis. Allah berada di 1 miliar tahun yang lalu, sekaligus berada di 1 miliar tahun yang akan datang. Kenapa bisa begitu, Ya, karena Allah tidak berada di dalam dimensi 'waktu', tapi sebaliknya dimensi 'waktu' itulah yang berada didalam Allah.Karena itulah pertanyaan kapan bagi Allah tidaklah ada artinya. Karena Allah adalah kemutlakan bagi dimensi ruang dan waktu.
Ini sekaligus juga menjelaskan mengapa Allah itu Maha tahu, karena Allah berada dimasa lalu dan dimasa depan sekaligus. Sehingga kejadian masa lalu dan yang akan datang tidak ada bedanya. Begitu juga Allah berada disana dan disini sekaligus, sehingga kejadian dimanapun bagi Allah tidak ada bedanya. Semua itu terjadi didalam Allah. Maka sebenarnya shalat menghadap kemanapun bagi kita adalah sama saja. Karena kita pasti menghadap Allah.
QS. Al Baqarah (2) : 115.
“Dan kepunyaan Allah lah timur dan barat, dan kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah, sesumguhnya Allah Maha luas dan Maha mengetahui”.
Shalat sebagai kegiatan komunikasi spiritual
Menurut Littlejohn (1989) terdapat Teori-teori Umum (general theories) yang dapat menjelaskan dan mengarah pada bagaimana menjelaskan fenomena komunikasi (metode penjelasannya). Karenanya teori ini memberi analisa pada suatu teori, salah satunya adalah Teori-teori Behavioral dan kognitif. Teori ini berkembang dari ilmu psikologi yang memusatkan pengamatannya pada diri manusia secara individual. Beberapa pokok pikirannya:
1. Salah satu konsep pemikirannya adalah model stimulus-respon (S-R) yang menggambarkan proses informasi antara stimulus dan respon.
2. Mengutamakan analisa variabel. Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya mengidentifikasi variabel-variabel kognitif yang dianggap penting serta mencari hubungan antar variabel.
3. Menurut pandangan ini komunikasi dipandang sebagai manifestasi dari proses berfikir, tingkah laku dan sikap seseorang. Oleh karenanya variabel-variabel penentu memegang peranan penting terhadap kognisi seseorang (nilai nilai pribadi) biasanya berada di luar kontrol individu (alam bawah sadar).
Shalat memiliki makna untuk berserah diri kepada Allah, mengagungkanNya, mensucikanNya, memuji kebesaranNya dan sarana untuk berkomunikasi denganNya. Kebanyakan kita shalat secara hafalan. Sangat jarang yang melakukan shaiat dengan memahami maknanya. Padahal kunci kekhusyukan shalat sebagai sarana komunikasi spiritual adalah kefahaman tentang apa yang kita lakukan dan apa yang kita ucapkan. Maka, mau tidak mau kita harus menggunakan akal untuk memahami makna shalat kita. Secara umum, makna shalat sebagai sarana komunikasi spiritual dengan Sang Pencipta kita ada 2, yaitu berdzikir dan berdo'a. Maka, sebelum kita memulai shalat, kita harus sudah membangun suasana hati, bahwa shalat itu bertujuan untuk berzikir dan berdoa.
1. Shaiat sebagai Dzikir kepada Allah.
Fungsi zikir adalah agar kita mengingat Allah. mengingat Allah berarti yakin dan percaya dengan segala kebesaranNya serta yakin bahwa hanya kepadaNyalah kita memohon karena Dia Maha pemurah dan pemberi. Secara tidak langsung kita mengirim pesan yang berisi kebesaran Allah dan segala sifat keTuhananNya kepada diri kita sendiri. Kita berkomunikasi secara intrapersonal kepada diri kita dengan mengingat segala kebesaranNya, memberikan sugesti positif kepada diri kita sendiri bahwa hanya Dia lah yang maha besar dan maha segalanya (autosuggestion).
Alam bawah sadar kita secara aktif menyerap informasi ini dan menjadikannya sebagai tonggak keyakinan dan kepercayaan. sehingga keyakinan alam bawah sadar ini lama kelamaan masuk mempengaruhi memori alam sadar kita dan menjadi sesuatu yang dianggap rasional.
2. Shalat adalah doa
Seringkali shalat kita tidak bermakna sebagai doa (permintaan tolong kepada Allah). Terkadang shalat hanya dijadikan sebuah kewajiban belaka. Sedangkan untuk berdoa kita kebanyakan melakukannya diluar shalat. Misalnya setelah selesai shalat atau diwaktu waktu lain yang dianggap mustajab. padahal banyak ayat ayat di dalam Alqu’ran yang memerintahkan kita agar meminta tolong (berdoa) kepadaNya dengan cara shalat.
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang orang yang khusyu. (QS. Al Baqarah (2) : 45)”
Jika kita menginginkan sesuatu, dan ingin berhasil mendapatkannya, maka keinginan kita itu akan menerobos sistem saraf di otak kita. Yang pertama di lakukan adalah menimbang, dengan cara mencocokkan keinginan itu pada memori rasional (hippocampus) maupun emosional (amygdala). Hasilnya, kita memperoleh persepsi tentang keinginan itu. Tidak masalah, apakah persepsi itu rasional ataukah emosional. Yang penting otak telah memperoleh persepsi, yang kemudian dilanjutkan dengan membuat keputusan. Keputusan yang dibuat itu bakal berpengaruh ke dua arah. Arah yang pertama adalah berupa keluarnya 'perintah' ke sistem organ tubuhnya untuk melakukan sesuatu yang telah menjadi keputusan itu. Dan yang kedua adalah perintah yang menuju keluar dirinya, yaitu ke 'Alam Bawah Sadarnya'.
Perintah yang kedua ini akan masuk sebagai input bagi 'Komputer Induk' lewat mekanisme universal. Dan kemudian, alam bawah sadarnya akan memberikan reaksi sekaligus merekam input tadi, untuk kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang. Input tersebut memicu bergulirnya mekanisme universal, yang melibatkan banyak variable di luar diri seseorang.
Berjuta-juta atau bahkan bermiliar-miliar variabel yang bisa mempengaruhi hasil mekanisme bawah sadar tersebut. Baik yang ada di dalam dirinya, orang lain, maupun yang ada di alam sekitarnya. Artinya, apabila di alam bawah sadar seseorang telah ada informasi tentang keMahabesaran Allah dan Allah pasti akan mengabulkan keinginannya, maka secara tidak langsung informasi yang berupa keinginan tadi akan bereaksi dan menghasilkan informasi baru yaitu berupa keputusan lanjutan tentang keyakinan orang tersebut bahwa keinginannya pasti akan dikabulkan oleh Allah. keputusan ini akan memperkuat ‘perintah’ ke sistem organ tubuh agar lebih giat mencari cara untuk memenuhi keinginannya tersebut.






Proses Komunikasi intrapersonal dalam “mewujudkan keinginan”
proses tercapainya keberhasilian lewat mekanisme bawah sadar itu memang membutuhkan waktu untuk berposes. Semuanya mengikuti sunnatullah dan berjalan dalam hitungan waktu. Allah mengatur semua Variabel proses untuk menuju pada sasaran yang dimaksud. “Allah bersama orang-orang yang sabar”, Selain harus sabar, ternyata “prasangka” juga memainkan peranan penting dalam keberhasilan doa kita. Jika kita berprasangka buruk, maka mekanisme bawah sadar akan menghasilkan yang buruk. Sebaliknya kalau kita berprasangka baik kepada Allah, maka hasilnya juga akan baik.
Begitulah memang cara kerja Servo Mechanism yang ada di alam bawah sadar kita. Ini mirip dengan istilah GIGO (Garbage in, Garbage Out) dalam dunia komputer, yang artinya : jika kita memasukkan sampah ke dalam proses komputerisasi, maka hasilnya juga berupa sampah. Jadi untuk menghasilkan suatu hasil positip, kita juga harus memasukkan input-input yang positip ke dalam mekanisme bawah sadar kita. Dan input itu cukup berupa sinyal-sinyal listrik positif saja, maka mekanisme bawah sadar akan bekerja untuk mencapai kesuksesan yang kita inginkan.
'Dunia Otak' hanyalah dunia sinyal-sinyal listrik. Seluruh aktifitas kita mulai dari melihat, mendengar, berbicara, berpikir, sampai bergerak, bagi otak sebenarnya tidak lebih hanyalah berupa munculnya sinyal-sinyal listrik belaka. Otak kita tidak pernah bergerak. Otak kita juga tidak pernah menangkap bayang-bayang benda. Begitu juga, otak kita tidak pernah menangkap gelombang suara, dan seterusnya. Semuanya sudah dirubah menjadi sinyal-sinyal listrik oleh mata, telinga, dan saraf-saraf motorik. Yang sampai ke otak semata- semata sinyal listrik. Itulah yang menstimulasi berbagai komponen otak, termasuk mekanisme bawah sadar. Jadi, kalau kita bisa menciptakan sinyal-sinyal bayangan dari komputer, kemudian sinyal-sinyal itu kita sambungkan ke pusat pendengaran kita di otak, maka otak kita bakal tertipu. la seakan-akan melihat benda sungguhan, Padahal itu hanya gambar.
Begitu juga kalau, kalau kita memasukkan input berupa sinyal-sinyal suara ke pusat pendengaran di otak. Maka sel-sel otak yang berkaitan dengan pusat pendengaran akan menganggap itu sebagai suara sungguhan. Begitulah memang mekanisme yang terjadi di dalam otak kita. Karena itu, seseorang bisa dihipnotis dengan cara yang sama. Sang penghipnotis mengirimkan sinyal-sinyal listrik ke pusat pendengaran, penglihatan, motorik dan pusat-pusat persepsinya, maka orang yang dihipnotis itu seakan melihat sesuatu dan menjalaninya seperti kejadian sungguhan. Padahal itu semua kan hanya gelombang pikiran yang dipancarkan oleh si penghipnotis.
Kembali kepada 'Mekanisme Keberhasilan' yang ada di bawah sadar kita. Ketika kita bisa mengirimkan sinyal-sinyal positip ke alam bawah sadar, maka mekanisme itu akan menganggap kita telah mengerjakan sesuatu dengan sungguhan. la akan menjadi input yang positip bagi sebuah proses keberhasilan. Beberapa firman Allah di dalam al Qur'an menggambarkan hal itu. Jadi, sinyal listrik yang muncul dari sebuah prasangka buruk tidak ada bedanya dengan sinyal listrik yang muncul dari sebuah perbuatan buruk. la akan dianggap sebagai input oleh mekanisme bawah sadar kita sebagai keburukan.
Contoh mudahnya begini. Jika, kita berpikir bahwa kita ini bodoh. Kemudian, orang-orang di sekitar kita juga menginput informasi dengan mengatakan bahwa kita bodoh. Dan kemudian kita yakin bahwa kita bodoh, maka keyakinan itu akan menjadi input bagi mekanisme bawah sadar kita untuk menciptakan sebuah proses kegagalan dalarn setiap yang kita perbuat. Padahal sebetulnya kita tidak bodoh. Sebaliknya kalau kita berpikir bahwa kita mampu, dan kemudian secara rasional kita yakin bahwa kita mampu, maka keyakinan itu akan menjadi input positip bagi Mekanisme Kesuksesan. Tapi kuncinya, 'tidak boleh ada kebohongan' dalam keyakinan itu.
Perasaan dan keyakinan bahwa kita mampu itu harus memperoleh pijakan rasionalnya. Artinya dalam kenyataannya kita harus berusaha secara rasional dan kemudian kita merasa mampu. Jika tidak yakin, maka sinyal itu tidak akan pernah berfungsi sebagai input bagi alam bawah sadar kita. Inilah mekanisme sistem otak secara umum. Bahwa sistem otak yang mengendalikan fungsi positif. Jiwa kita itu memang bukan hanya bekerja berdasarkan emosional (amygdala), melainkan juga dipengaruhi oleh hippocampus sebagai memori rasional.
Inilah yang oleh Maxwell Maltz disebut sebagai citra diri. "Citra Diri' adalah sebuah persepsi dan keyakinan kita terhadap diri kita sendiri. Kita bisa memiliki persepsi bahwa kita pintar (tapi bukan sombong), atau kita mempersepsi bahwa kita bodoh, atau kita yakin bahwa kita mampu, dan seterusnya, yang terbangun secara rasional. Bukan sekedar angan- angan. Jika hal itu kita yakini, maka ia akan membentuk citra diri bahwa kita memang begitu.
Dalam konteks berdoa kepada Allah, maka keyakinan akan citra diri itu berpadu dengan prasangka kita. Jika kita bercitra diri positip dan kemudian berprasangka postitif kepada Allah, maka Insya Allah doa kita itu akan berproses mengikuti sunnatullah menuju pada mekanisme kesuksesan. Itulah yang diajarkan Allah kepada kita. Allah terus menerus menanamkan kepada pikiran sadar kita bahwa Dia adalah Maha Berkuasa, Maha Mengabulkan doa, Maha Pengampun, Maha Menyayangi dan Maha Mengasihi.
Jika itu memperoleh pijakan rasionalnya di dalam pikiran kita, maka Insya Allah doa kita akan menjadi mustajab. Gampang dikabulkan oleh Allah. Penutup doa yang mustajab itu, kata Allah, selalu diakhiri dengan kata-kata 'Alhamdulillahi rabbil 'aalamin'. Menunjukkan bahwa kita sangat yakin kalau Allah bakal mengabulkannya. Sebab DIA memang Maha Mengabulkan doa. Itulah cara berpikir positip yang memiliki kekuatan besar.






茭Fin茭





:pj
Daftar Pustaka
Alqur’an dan Terjemahannya. 2006. Sinar Baru Algesindo. Bandung
Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Armstong, Karen. 2001. Sejarah Tuhan. Mizan. Bandung.
John Fiske, Introduction to Communication Studies, Sage Publications, 1996
Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth
Mustofa, Agus. 2003. Pusaran Energi Ka’bah. Padma Press. Surabaya.
Mustofa, Agus. 2006. Terpesona di Sidratul Muntaha. Padma Press. Surabaya.
Mustofa, Agus. 2006. Ternyata Akhirat Tidak Kekal. Padma Press. Surabaya.
Mustofa, Agus. 2006. Menyelam ke Samudra Jiwa dan Ruh. Padma Press. Surabaya.
Gunawan, Adi W. 2005. Hypnosis The Art Of Subconscious Communication; Meraih Sukses Dengan Kekuatan Pikiran. Gramedia. Jakarta.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Kattsoff, O Louis. 1992. Pengantar Filsafat. Alih Bahasa: Soejono Soemarjono. Tiara Wacana. Yogyakarta.
Http://www.wikipedia.org.id/search/komunikasi intrapersonal/

Readmore...